Selain itu, penting juga memiliki strategi yang bagus, termasuk persediaan logistik, karena orang akan berjam-jam terjebak di daerah terbakar. Jadi, harus dipastikan pasokan makanan dan air bagi mereka.
Upaya pemadaman api di lahan gambut sangatlah mahal. Untuk menyewa helikopter di Indonesia bisa menghabiskan sedikitnya US$ 2.000 hingga $3.000 , atau sekitar Rp28,5 juta hingga Rp42,7 juta, setiap jam. Sementara, tidak mungkin api bisa padam hanya sejam atau dua jam.
Upaya ini jelas tidak terlalu efektif untuk memadamkan api ketimbang mengairi gambut.
Itulah mengapa pengawasan praktik dari pembukaan lahan dan pemulihan lahan gambut sangat penting.
Baca Juga: Habitat Berkurang, Konflik Gajah-Manusia Terus Terjadi di Aceh
Pemerintah Indonesia telah mengamanatkan Badan Restorasi Lahan Gambut atau BRG, untuk merehabilitasi 2,6 juta hektar lahan gambut dan memastikan lahan ini basah sepanjang tahun. Sekitar 75% dari area tersebut berada di area konsesi perusahaan sisanya adalah tanah rakyat atau taman nasional.
Sehingga, lembaga ini bisa membantu pengawasan agar perusahaan-perusahaan tersebut benar-benar melakukan upaya restorasi gambut atau tidak.
Upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan sudah dilakukan pemerintah Indonesia dengan adanya sistem peringatan dini, peta wilayah berisiko tinggi, upaya restorasi dan penegakan hukum yang melarang pembukaan lahan dan hutan menggunakan api.
Jika kita serius mencegah kebakaran hutan, kita harus memastikan semua upaya ini berhasil. Karena, jika hutan terbakar, sangat sulit untuk mematikannya.
Fahri Nur Muharom menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.
Penulis: Bambang Hero Saharjo, Professor of Forest Protection, Institut Pertanian Bogor
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR