Padahal, orang biasa bisa melakukan aktivitas laboratorium dengan cara sederhana.
Hal ini yang diterapkan oleh tim Ngebikin Bareng yang mencoba mengajarkan anak-anak mengenal sains dengan bermain di getek, sejak bulan Mei 2018.
Awalnya, baru 15 anak-anak dari Kampung Tanah Rendah yang mengikuti kegiatan laboratorium apung tersebut, dan berhasil bertambah menjadi 63 anak dari SDN Bidaracina 03 Pagi, Kampung Melayu, sekolah yang berada tak jauh dari Sungai Ciliwung. Total anak yang bermain sains di LabTek Apung sudah mencapai sekitar 150 anak pada bulan September 2019.
Tim kami melihat antusiasme mereka saat belajar sains di LabTek Apung tersebut.
Anak-anak tersebut diajarkan mengenal kondisi awal lingkungan rumahnya, seperti mengenalkan wujud zat padat, cair dan gas. Mereka ditunjukkan berbagai macam reaksi yang ditimbulkan dari pencampuran bahan-bahan yang ada di dapur rumah.
Contohnya, gula dan garam dapat larut dalam air, seduhan kopi dengan air yang tidak larut sempurna, minyak yang tidak dapat menyatu dalam air, susu bubuk yang menjadi suspensi, cuka yang menimbulkan rasa asam, terbentuknya busa deterjen saat mencuci baju, dan lain sebagainya.
Hasil uji yang mereka lakukan sendiri lalu diterjemahkan ke dalam bentuk lembaran berisikan angka, narasi, atau gambar yang mudah dimengerti.
Seperti keterangan warna air yang bening atau butek, hari cerah atau hujan ditandai dengan melingkari pilihan gambar cuaca, waktu pengujian, pengambilan air dilakukan di rumah atau sungai, dan lain sebagainya.
Tidak hanya anak-anak namun orang-orang dewasa di kampung juga diajak untuk mengambil sampel dari berbagai tempat di area tempat tinggal mereka yang bersumber dari keran kamar mandi di rumah, tempat wudhu di masjid, dan MCK untuk melakukan uji coba sederhana, seperti pengujian biologi, fisika, dan kimia air.
Baca Juga: Peneliti: Tanaman Akan 'Panik' Ketika Terkena Air Hujan
Warga bisa belajar sendiri tentang kondisi lingkungan sekitar mereka dengan cara yang sederhana dan menyenangkan.
Mereka yang aktif dalam pengenalan model sains alternatif ini tidak hanya tahu akibat buruk dari tak terkelolanya limbah domestik lewat LabTek Apung, karena kegiatan ini merupakan sebuah upaya bersama untuk merawat kepedulian dan kepekaan terhadap isu lingkungan perkotaan.
Meskipun perlu ada penelitian lebih lanjut terkait pengaruh terhadap kebiasaan membuang sampah di sungai Ciliwung, namun kehadiran LabTek Apung ini bisa menyadarkan warga dan anak-anak setempat bahwa air bekas mandi dan cuci, hingga buang air besar bisa mengotori sungai.
Penulis: Herdis Herdiansyah, Dosen Sekolah Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR