Artefak-artefak tersebut antara lain piring keramik, arca arntropomorfis kayu, dan gerabah bermotif. Artefak-artefak tersebut berkonteks dengan ekofak berupa tengkorak dan tulang-tulang manusia. Hal ini mencirikan penguburan sekunder. Di dekatnya juga terdapat tulang penyu, dan cangkang-cangkang kerang laut.
Para ahli seni cadas berpendapat bahwa seni cadas prasejarah dari masa paling tua (Paleolitik) di berbagai belahan dunia dicirikan dengan gambar cap tangan dan binatang. Digambarkan secara naturalis dan berukuran besar.
Kedua motif itu juga digambarkan dengan zat pewarna merah yang dibuat dari bahan oker. Pada masa ini adalah masa berburu-mengumpulkan makanan. Masa ketika masyarakat belum mengenal domestikasi tumbuhan dan binatang.
Di Kawasan Misool terdapat beberapa seni cadas yang menunjukkan kedua ciri tersebut. Seni cadas pada Situs Sunmalelen 6, Misool Timur misalnya. Di situs ini tedapat gambar lumba-lumba dengan posisi vertical.
Bagian kepalanya menghadap ke langit-langit tebing, dan dikelilingi 11 motif cap tangan. Beberapa di antaranya berukuran kecil, kemungkinan cap tangan anak-anak.
Seni cadas masa neolitik terjadi ketika masyarakat telah mengenal domestikasi tumbuhan dan hewan. Situs seni cadas masa Neolitik ditemukan di situs Sunbayo, Misool Timur.
Di situs ini terdapat gambar mamalia laut. Seperti gambar lumba-lumba dan gambar yang menyerupai ikan tuna. Pada bagian tengah gambar lumba-lumba terdapat motif stensil seperti beliung. Beliung merupakan alat batu untuk bercocok tanam atau untuk pengerjaan kayu.
Di tebing Situs Sunbayo juga terdapat dua seni cadas motif stensil ikan yang jarang dijumpai di situs seni cadas lainnya di Indonesia. Ikan yang digambarkan diduga dari keluarga Acanthuridae atau sering disebut sebagai surgeon fish.
Peneliti Ungkap Hubungan Tanaman dan Bahasa Abui yang Terancam Punah di Pulau Alor
Penulis | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR