Nationalgeographic.co.id - Dua belas tahun lalu ketika memulai usaha menjual bawang goreng, Berta Rinawati (48 tahun) tidak pernah membayangkan akan menjadi seperti hari ini. Ia memulai usaha dagang karena suaminya tidak bekerja lagi sebagai karyawan. Rina mencoba bangkit. Keadaan ini, tak disangka, memberi peluang kepada Rina untuk menjadi sumber utama penghasilan ekonomi keluarga.
Saya menjumpai perempuan itu di kediamannya yang bersahaja di kawasan Prawirodirjan, Gondomanan, Yogyakarta. Rina adalah salah seorang pengusaha UKM (Usaha Kecil Menengah) yang memasarkan produknya di Pojok Lokal yang ada di toko-toko kelontong jaringan SRC (Sampoerna Retail Community) di Jawa Tengah dan DIY.
Baca Juga: Pesta Toko Kelontong di Semarang
Awalnya, Rina memasok produknya ke puluhan warung-warung kecil di sekitar Yogyakarta. Namun, ia sering kecewa lantaran pembayaran warung seringkali lama—bahkan kadang ada yang tidak mau membayar. Bermodalkan semangat untuk terus maju, Rina akhirnya mencoba memasarkan produknya ke toko-toko kelontong yang merupakan jaringan SRC.
“Awalnya saya tidak percaya diri, karena produk saya kemasannya masih pakai plastik gula, seperti kurang bagus gitu kelihatannya”, ujarnya. Namun, akhirnya dia dipertemukan dengan Sukmawati (55 tahun), pemilik toko kelontong “ACDC” jaringan SRC di kawasan Jalan Kyai Mojo, Yogyakarta. Semenjak saat itu, dia mulai belajar dan diberi pendampingan.
Sejak memasarkan produknya di Pojok Lokal toko kelontong jaringan SRC, Rina mendapatkan wawasan baru tentang cara mengemas produk bawang goreng yang baik agar tahan lama, cara membuat nama merek (brand) yang mudah diingat serta cara membuat laporan keuangan yang sederhana. Hal yang paling membahagiakan dirasakan Rina selama satu tahun memasarkan produknya di Pojok Lokal SRC adalah semakin laris penjualan bawang gorengnya.
“Saya baru setahun ini mencoba memasarkan bawang goreng saya di Pojok Lokal di toko-toko kelontong SRC, tapi dampaknya sangat signifikan, penjualan produk saya tambah laris, pembayaran dari toko juga lancar. Alhamdulilah, saya bisa menyekolahkan anak sampai tingkat tinggi, memiliki dua motor dan saya juga sudah mengembalikan KMS (Kartu Menuju Sejahtera) agar diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan daripada saya” ujarnya dengan bersemangat.
Saat ini, Rina sudah memasok produk bawang gorengnya yang bermerek “BURINA” ke empat toko kelontong jaringan SRC yang ada di Jawa Tengah, Jakarta, dan Surabaya. Melalui komunitas jaringan toko kelontong SRC, Rina dapat menyalurkan produknya ke semua jaringan toko kelontong SRC di seluruh Indonesia tanpa harus memikirkan ongkos kirim yang besar. Saat ini, SRC memiliki 120.000 jaringan toko kelontong di seluruh Indonesia.
Harga bawang goreng yang dijual juga tidak terlalu mahal hanya Rp28.000 per 110 gram. Dengan semakin meningkatnya penjualan produknya, Rina ingin memberdayakan para tetangganya, ibu-ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan.
“Selama ini kan, hanya saya dan suami saja yang kerja. Suami saya yang mengupas bawang, mengiris sampai menggoreng bawang merah tersebut, sehari bisa sampai 25 kilogram, sementara saya yang mengurus pemasaran karena suami menderita penyakit diabetes yang tidak memungkinkan dia untuk kesana kemari. Saya ingin mengajak beberapa tetangga saya untuk ikut membantu usaha ini, agar mereka juga bisa memiliki penghasilan seperti saya”, tambahnya.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR