Nationalgeographic.co.id - Untuk mengetahui asal-muasal seseorang, masyakat akrab dengan dua istilah yakni ras dan etnis. Banyak orang yang mengira dua kata tersebut memiliki makna sama, padahal tidak.
“Ras dan etnis terus-menerus digunakan untuk mendeskripsikan diversitas manusia,” tutur Nina Jablonski, seorang antropolog dan palaebiologis dari Pennsylvania State University. Dilansir dari Live Science, Minggu (9/2/2020), Jablonski tersohor karena penelitiannya mengenai evolusi warna kulit manusia.
Baca Juga: Potret Keseharian Suku Aymara yang Kerap Dianggap Sebagai Cerita Rakyat
“Ras dimengerti masyarakat sebagai gabungan dari atribut fisik, perilaku, dan kultural. Sementara etnis menekankan perbedaan antar-manusia berdasarkan bahasa dan budaya,” paparnya.
Dengan kata lain, ras merupakan “bawaan biologis” yang diturunkan lintas generasi. Di sisi lain, etnis merupakan sesuatu yang muncul seiring perjalanan hidup, misal di mana kita tumbuh besar dan kondisi lingkungan sekitar.
Sifat mendasar dari ras
Ras merupakan sebuah ide yang dikeluarkan oleh para antropolog dan filsuf dari abad ke-18, yang menggunakan lokasi geografis untuk membedakan warna kulit dan mengelompokkannya dalam satu kelompok ras. Pengelompokan ini juga berdasarkan bawaan biologis lintas generasi.
Namun, dampak buruk dari pengelompokan ini adalah ketidakseimbangan pemahaman yang berlaku secara global. Salah satu contohnya adalah orang Eropa yang berkulit putih dianggap lebih superior dibanding mereka yang berkulit hitam dan kuning.
Meski berdasar pada sifat biologis, sampai sekarang ketidakseimbangan pemahaman tersebut masih banyak ditemukan. Asumsi untuk memperlakukan orang kulit putih lebih istimewa dibanding orang dengan warna kulit lainnya merupakan dampak dari sejarah, kapitalisme, dan kondisi perekonomian masing-masing negara.
Faktanya, banyak dari kita yang mengenal seseorang berdasarkan warna kulitnya seperti “hitam”, “putih”, dan “Asia”. Padahal, jika Anda membandingkan genom masyarakat dari beberapa wilayah berbeda, banyak yang telah menyatu sehingga memiliki variasi genetis yang sama.
Beberapa studi bahkan membuktikan bahwa orang Eropa memiliki variasi genetik yang sama dengan orang Asia.
Tentang etnis
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR