Nationalgeographic.co.id - Mungkin kita mengenal dongeng mengenai Kraken, gurita monster yang bisa menenggelamkan kapal besar di tengah laut, dan memakan manusia yang ada di atas kapalnya.
Dongeng tersebut merupakan cerita rakyat dari Skandinavia yang menyatakan bahwa hewan tersebut tinggal di laut bumi bagian utara.
Namun kini, ilmuwan dari Institut Penelitian Air Nasional dan Atmosfer Nasional Selandia Baru (NIWA), telah menemukan ‘Kraken’ di sekitar perairan Selandia Baru. Yakni, seekor cumi-cumi raksasa seberat 110 kilogram dengan panjang 4 meter.
Baca Juga: Akibat Kenaikan Suhu Laut, Ratusan Ribu Kerang Mati Terpanggang
“Selandia Baru seperti ibu kota untuk jenis cumi-cumi raksasa dunia," kata Darren Stevens, pemimpin ekspedisi yang juga ahli perikanan NIWA.
“Ini cumi-cumi raksasa kedua yang pernah saya lihat. Saya sudah melakukan perjalanan di laut, dan sebagian besar survei sekitar satu bulan, dan saya baru melihat dua ini saja. Sangat langka,” imbuhnya.
Cumi-cumi raksasa tersebut kemudian diperiksa dan dibedah oleh peneliti Universitas Teknologi Auckland, Ryan Howard. Ia sedang mempelajari mata cumi-cumi dari lautan dalam.
Sampelnya berupa potongan-potongan yang bernilai untuk penelitian seperti mata, kepala, perut, dan organ reproduksi cumi-cumi tersebut.
"Kami mengambil bagian perut karena hampir tidak ada yang diketahui tentang pola makan cumi-cumi raksasa. Sebab, setiap kali orang menangkapnya, jarang ada apa pun di perut mereka."
Sementara mata cumi-cumi raksasa digunakan untuk meneliti kehidupan mereka di bawah laut. Bagian kepalanya akan digunakan untuk mengukur umur cumi-cumi tersebut.
Sebenarnya, mendapatkan cumi-cumi raksasa tersebut, bukan tujuan utama ekspedisi penelitian bawah laut ini. Awalnya, pata ilmuwan mencari hiu yang bisa bercahaya dalam gelap. Keinginan tersebut berawal dari tekad seorang ilmuwan Belgia, Jérôme Mallefet dari Universitas Katolik Louvain (UCLouvain) yang sedang mempelajari bioluminescence (produksi cahaya) dari hiu tersebut.
Baca Juga: 1 dari 3 Spesies Hewan dan Tumbuhan Akan Punah Karena Perubahan Iklim
Dilansir dari laporan NIWA, Dr Mallefet mengatakan bahwa 11% dari semua spesies hiu yang dikenal, dapat menghasilkan cahaya. Mayoritas hiu yang dapat menghasilkannya adalah spesies kecil yang hidup di bawah laut yang gelap di kedalaman lebih dari 200 meter.
Bioluminescence tersebut berguna untuk menghindari serangan predator, kawin, dan berkumpul dengan kawanan lainnya.
Mallefet memotret 3 jenis hiu 'glow in the dark' tersebut. Mereka adalah hiu lentera selatan, lucifer dogfish, dan hiu anjing laut.
Sebelumnya, penelitian mengenai hiu bioluminescence di perairan Selandia Baru belum pernah ditemukan.
"Saya sangat bahagia. Saya bermimpi untuk mendapatkan gambar hiu bioluminescence dan akhirnya saya mendapatkannya,” pungkas Mallefet.
Source | : | NIWA |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR