Sejak ditemukan pertama kali pada 1960 Coronavirus (CoV) merupakan virus yang dianggap tidak berbahaya. Virus ini hanya menyebabkan infeksi ringan di saluran nafas, yang sering disebut flu (common cold).
Namun pada 2003, timbul jenis baru coronavirus yang berbahaya menimbulkan pandemi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) coronavirus, muncul dari daratan Cina. Sepuluh tahun kemudian pandemi serupa muncul dari semenanjung Arab, dengan ditemukannya kasus kematian di pesawat dengan gejala-gejala gangguan pernapasan yang berat. Muncullah pandemi Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV) yang menginfeksi lebih dari 2500 orang di seluruh dunia dengan 866 kematian.
SARS-CoV dan MERS-COV awalnya menginfeksi kelelawar, yang kemudian menulari binatang lain, seperti unta dan luwak, yang pada akhirnya menulari manusia.
Munculnya wabah COVID-19 menggambarkan bahwa coronavirus ini adalah virus yang mudah berubah oleh lingkungan maupun host (inang), dan semakin ganas. Perubahan-perubahan yang terjadi karena kemampuan mutasi virus ini tidak segera dikenali oleh populasi manusia, sehingga bisa menyerang orang banyak.
Kasus-kasus coronavirus yang bermutasi mungkin terjadi di Indonesia mengingat luasnya wilayah, banyaknya pintu masuk, dan keanekaragaman biotanya. Perbedaan kualifikasi pelayanan kesehatan juga menyebabkan ada kasus-kasus penyakit akibat mutasi virus tersebut tidak terlaporkan.
Kita perlu mencegah agar virus ini tidak bermutasi dan menulari hewan, terutama hewan liar dan pada akhirnya menulari manusia.
Pertama, manusia perlu menjaga kesehatan hewan peliharaannya, baik yang diternak di lokasi khusus maupun yang dipelihara dalam rumah. Caranya pun secara umum sama dengan menjaga kebersihan hewan tersebut, sanitasi kandang, dan memberikan makanan yang bergizi. Apabila ada yang bergejala sakit, maka hewan itu pun perlu diperiksakan ke dokter hewan, agar penyakitnya tidak menular ke manusia.
Lokasi yang jauh dari pemukiman bisa mendukung mencegahan penularan, tapi tidak selalu hewan bisa ditempatkan jauh dari pemukiman manusia.
Kedua, agar hewan-hewan liar tidak sakit dan keluar dari habitatnya serta kemudian menulari manusia, maka kita perlu menjaga kelestarian lingkungan. Bahkan mungkin pula dengan menjaga lingkungan, kemungkinan mutasi virus-virus di dunia, khususnya coronavirus, berkurang.
Penulis: Trevino Pakasi, Lecturer at Department of Community Medicine Faculty of Medicine, Universitas Indonesia
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | 1 |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR