Nationalgeographic.co.id - Pemanasan global, perubahan iklim, polusi sampah plastik, dan permasalahan lingkungan lainnya menjadi tanggung jawab umat manusia. Para ilmuwan dari berbagai negara, baru-baru ini baru menyusun rencana pelestarian lingkungan dalam jangka 30 tahun.
Meskipun tantangan krisis alam global di depan mata, para ilmuwan berpikir bahwa ekosistem laut dapat dipulihkan dan berkembang kembali.
Para ilmuwan membuktikannya dengan merujuk pada ketahanan spesies laut yang menjadi secercah harapan untuk masa depan. Jika kita dapat memberikan kesempatan kepada spesies ini untuk pulih, kehidupan laut dapat diisi kembali dalam satu generasi, terang mereka dalam jurnal yang dipublikasikan di Nature.
Baca Juga: Semut Mempelajari Kesalahan untuk Hindari Jebakan Atau Predator
“Kita berada di titik yang mana kami harus memilih antara warisan samudera yang tangguh dan bersemangat atau samudera yang tidak dapat diubah,” kata Carlos Duarte, ilmuwan kelautan dari King Abdullah University of Science and Technology (KAUST), Arab Saudi.
“Studi kami mendokumentasikan pemulihan populasi laut, habitat dan ekosistem setelah intervensi konservasi masa lalu. Studi ini memberikan saran-saran yang spesifik berdasarkan bukti untuk meningkatkan skala solusi yang terbukti secara global,” tambahnya.
Berdasarkan studi dan data mengenai kondisi laut yang dilakukan oleh Durate dan para ilmuwan lainnya, tercatat bahwa populasi kehidupan laut telah mengalami penurunan selama empat dekade terakhir.
Terdapat sembilan komponen utama yang menjadi fokus untuk membentuk dasar rencana pemulihan, yakni rawa-rawa garam, bakau, lamun, terumbu karang, rumput laut, terumbu tiram, perikanan, megafauna, laut dalam, tulis para ilmuwan.
Komponen ini akan menghasilkan yang menguntungkan bagi lingkungan, seperti rawa-rawa asing dan rumput laut yang dapat mengunci karbon di atmosfer, dan hutan bakau yang menghadang erosi dan banjir rob.
“Meskipun manusia telah banyak mengotori lautan kita, keturutsertaan baru-baru ini telah menyebabkan sejumlah kisah sukses yang luar biasa,” kata Catherine Lovelock, ilmuwan biologi dari University of Queensland, Australia, dilansir dari Science Alert.
Penelitian ini merujuk pada upaya konservasi yang sebelumnya sukses untuk menyelamatkan spesies, seperti anjing laut, penyu hijau, dan gajah laut dalam menjaga ekosistem bawah laut.
“Dunia telah bersatu sebelumnya untuk menerapkan moratorium penangkapan paus, membuat undang-undang laut, mencegah polusi dari kapal, dan membatasi penangkapan ikan secara masif. Semua dapat hasil positif. Untuk lautan kita, mari kita melangkah lebih jauh,” papar Lovelock.
Baca Juga: Pegunungan Himalaya Terlihat Dari India, Pertama Kalinya dalam Beberapa Dekade
Para ilmuwan menyebutkan enam fokus “secuil pelestarian”, yakni melindungi spesies, melindungi ruang, memanen secara bijak, pemulihan habitat, mengurangi polusi, dan mitigasi perubahan iklim.
"Membangun kembali kehidupan laut merupakan tantangan besar bagi kemanusiaan, kewajiban etis, dan tujuan ekonomi yang cerdas untuk mencapai masa depan yang berkelanjutan," kata ilmuwan kelautan Susana Agustí, dari KAUST.
Melalui cara pelestarian, menurut penelitian terbaru, kita akan melihat banyak pemulihan kehidupan laut di 2050. Tentu kajian tersebut membutuhkan upaya besar dalam hal keuangan, dan kerjasama internasional.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR