Memburu ‘yang terlupakan’
Untuk mendapatkan bukti dari ‘letusan yang terlupakan’, para peneliti mengobservasi inti es Greenland dan Antartika—es kuno yang dapat mengungkapkan seperti apa iklim global di masa itu serta jenis partikel apa yang mengambang di atmosfer.
Tim melihat adanya peningkatan aerosol sulfat (komponen debu vulkanik) pada kedua inti antara tahun 1108 dan 1110. Menunjukkan bahwa stratosfer dipenuhi asap letusan gunung berapi.
Lebih lanjut, mereka menemukan aktivitas vulkanik pada cincin pohon yang berasal dari periode yang sama. Cincin pohon yang mengalami perubahan ketebalan sebagai respons dari pola iklim, mengungkapkan bahwa pada 1109, suhu sangat dingin dan basah di Eropa. Iklim tersebut sangat anomali jika dibandingkan dengan beberapa letusan gunung berapi yang tercatat dalam sejarah.
Para peneliti kemudian melacak 13 narasi tentang cuaca buruk, gagal panen dan kelaparan pada masa itu—mendukung teori bahwa serangkaian letusan gunung berapi benar-benar telah menghantam iklim Eropa.
Baca Juga: Menelusuri Teka-Teki Galaksi Radio Berbentuk X di Ruang Angkasa
Dalam sebuah catatan harian yang ditulis oleh pejabat Jepang, diketahui bahwa Gunung Asama mengalami serangkaian erupsi dari Agustus-Oktober 1108. Ia menggambarkan letusan dengan semburan api ke langit. Keterangan ini masuk akal mengingat terjadi lonjakan sulfat di inti es Greenland serta pencemaran aerosol di langit yang kemudian menutupi Bulan.
Peneliti menambahkan, ada erupsi lainnya di belahan bumi selatan pada 1107, kemungkinan juga berkontribusi pada sulfat di inti es Antartika.
Meski hasil studi ini kebanyakan bergantung pada studi tidak langsung, tapi menurut para peneliti, ini merupakan hipotesis terbaik mengenai kasus bulan yang menghilang.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR