Nationalgeographic.co.id - Akibat pandemi COVID-19, beberapa kedai kopi atau coffee shop mengalami kebangkrutan. Para barista pun terpaksa dirumahkan. Menurut laporan dari Barista Guild Indonesia (BGI), ada sekitar 900 barista yang diketahui menjadi korban PHK.
Melihat hal tersebut, Yudistira Bawono, salah satu perwakilan BGI, bersama dengan beberapa koleganya di industri kopi terus putar otak. Mereka ingin ikut berkontribusi menjaga industri kopi Tanah Air agar tetap kuat melawan pandemi dan memberi semangat para barista korban PHK. Dari hasil diskusi mereka, tercetus ide untuk mendirikan Barista Asuh.
Barista Asuh adalah gerakan yang mengajak para pengusaha coffee shop yang masih bertahan di tengah pandemi untuk mau “mengadopsi” barista korban PHK. Maksud “mengadopsi” di sini adalah dengan memberikan kesempatan satu sif kerja per minggu untuk para barista tersebut.
“Namun, terkait jumlah sif, jangka waktu dan mekanismenya bisa ditentukan masing-masing coffee shop,” kata pria yang akrab disapa Yudis itu.
Baca Juga: Daur Ulang Baju Wisuda Sebagai APD, Beramal Membantu Tenaga Medis
Adapun tujuan dari program Barista Asuh, antara lain yakni menjaga semangat teman-teman barista yang dirumahkan atau di-PHK, menyambung tali silaturahmi dan membuka peluang lain, bertukar pengalaman, serta memberi apresiasi meski hanya sekadar uang transportasi.
Sebelum melakukan program ini, Barista Guild of Indonesia telah melakukan pendataan terlebih dulu. Tujuan awalnya yakni ingin memetakan sebarapa besar dampak pandemi terhadap teman-teman yang bekerja di sektor hilir industri kopi.
Kedua Barista Guild of Indonesia ingin memanfaatkan data untuk membuat program-program yang bisa membantu meringankan beban rekan-rekan barista yang terdampak.
Menariknya, program ini juga terbuka untuk kolaborasi dengan pihak manapun yang memiliki tujuan sama dengan memanfaatkan data yang ada.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh Barista Guild of Indonesia per tanggal 22 Mei 2020, pekerja hilir kopi yang di-PHK atau dirumahkan lebih dari hampir 900 orang--jumlah terbanyak berada di daerah Jakarta (331). Disusul dengan wilayah lainnya yaitu Jawa Barat (174), Banten (80), Jawa Timur (72), Jawa Tengah (40), Yogyakarta (43) dan sejumlah wilayah lainnya di Indonesia.
Adapun profil pekerja hilir kopi yang Di-PHK atau dirumahkan berdasarkan status perkawinan, meliputi: sudah kawin berjumlah sekitar 124 atau 14%, sementara yang lajang berjumlah 757 atau 86%.
Saling menguntungkan
Lantas apa manfaat bagi coffee shop yang mengasuh barista? Nah, dengan ikut gerakan Barista Asuh, coffee shop juga jelas mendapatkan keuntungan.
Misalnya, barista-barista tersebut akan mengumumkan di media sosialnya tentang coffee shop yang mengasuhnya. Selain mendapat tambahan eksposur media sosial, para pelanggan tetap barista itu akan membeli produk coffee shop pengasuhnya. Dengan begitu coffee shop juga mendapat tambahan pemasukan.
Di sisi lain, barista asuh dan coffee shop juga bisa saling belajar dan tukar pengalaman ilmu perkopian. Dengan begitu, ekosistem industri kopi ini tetap terjaga. Makin kuat menghadapi pandemi.
Inti dari gerakan ini untuk menjaga semangat para barista yang dirumahkan sekaligus menyambung tali silaturahmi. “Syukur-syukur bisa membuka peluang dan mendatangkan pemasukan bagi mereka,” kata Yudis.
Pemilik akun @mas_fotokopi, yang juga menjadi penggagas gerakan ini menerangkan, selama pandemi COVID-19, banyak coffee shop yang tertatih-tatih. Apalagi sejak aturan PSBB diperketat.
"Makin banyak coffee shop tumbang, terutama yang berada di mal-mal. Karena hampir semua mal di Jakarta tutup,” kata @mas_fotokopi.
“Belum lagi coffee shop yang mengandalkan konsep tempat keren untuk pelanggannya. Kini, pelanggan nggak boleh lagi nongkrong di situ. Omzet mereka kadang tak cukup dengan hanya berjualan online,” imbuhnya.
Uniknya, berdasar pantauan @mas_fotokopi, kini coffee shop yang banyak bertahan justru berada di pinggiran Jakarta. Dan biasanya coffee shop yang berdiri sendiri di pinggir jalan atau di ruko.
Nah, untuk itu @mas_fotokopi mengajak kedai kopi yang masih bisa bertahan untuk ikut gerakan Barista Asuh. “Satu sif tapi dampaknya luar biasa, ikut memperkuat ekosistem perkopian Indonesia,” kata dia.
Cara bergabung
Di fase awal, gerakan ini akan mendata coffee shop mana saja yang mau berpartisipasi dalam Barista Asuh.
Bagi coffee shop yang ingin ikut gerakan ini bisa mendaftar langsung melaui tautan: bit.ly/baristaasuh.
Sedangkan bagi barista yang ingin ikut mendaftar bisa mengakses: bit.ly/solidsaatsulit.
Untuk informasi lebih lanjut bisa juga menghubungi via DM akun instagram @mas_fotokopi.
Nantinya, data coffee shop yang berminat dan data barista korban PHK yang dimiliki BGI akan dibagi menjadi kluster-kluster berdasarkan wilayah.
Bagi barista yang tertarik, bisa mendaftar ke salah satu coffee shop di klasternya. Data barista pendaftar akan dishare ke coffee shop terkait untuk diseleksi atau diatur gilirannya.
Pengasuh menentukan mekanisme dan persyaratan sesuai kondisi masing-masing. Seperti halnya berapa kali dalam seminggu bisa menyediakan shift untuk barista asuh, seberapa lama bisa menerima Barista Asuh untuk bekerja, dan apa bentuk apresiasi yang bisa diberikan pada Barista Asuh (baik uang transportasi, uang makan, bingkisan atau bentuk lainnya).
Baca Juga: Dadan Pramadi, Eksplorasi Fotografi Kacang di Tengah Pandemi
Namun, sebelum menerima barista asuh, para pengasuh terlebih dahulu akan melakukan background check atau verifikasi. Seperti halnya melihat berkas calon barista asuh yang tercantum informasi coffee shop terakhir tempatnya bekerja dan sponsor. Setelah itu Coffee Shop (pengasuh) bisa menghubungi langsung calon Barista Asuh yang lolos verifikasi.
Menurut data terkini, sudah ada sekitar 43 coffee shop di berbagai daerah menyatakan komitmennya untuk ikut gerakan ini. Misalnya A Tale of Two Coffee Beans, Contrast, Obar, Twin Coffee House, Oak Tree, dan lainnya.
Gerakan Barista Asuh ini menjadi bukti bahwa para pelaku bisnis kopi di Indonesia tak mengeluh dalam kondisi sesulit apa pun, melainkan bersama-sama untuk tetap kuat dan bertahan.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR