Nationalgeographic.co.id—Pada akhir Maret silam, National Geographic Society meluncurkan dana darurat untuk mendukung para jurnalis seantero dunia. Dana itu ditujukan untuk mereka yang berminat meliput pagebluk COVID-19 di negaranya masing-masing.
Joshua Irwandi merupakan salah satu penerima dana hibah asal Indonesia. Dia mendokumentasikan pekerjaan dan kehidupan tenaga kesehatan di salah satu bangsal di rumah sakit di Jakarta. Kota metropolitan ini menjadi salah satu kota dengan populasi terpadat di Bumi, yang begitu cepat menjadi pusat pandemi di Asia Tenggara.
Dia mengungkapkan bahwa bangsal itu baru dibuka setelah rumah sakit itu ditunjuk sebagai rujukan dalam merawat pasien COVID-19. Dia melaporkan perjuangan tenaga kesehatan lain ketika mempertaruhkan hidup demi memerangi pandemi. Sementara itu si virus durjana telah mengubah kehidupan dan prosedur bagi pekerja rumah sakit secara dramatis.
Foto karya Joshua tampil sebagai foto pembuka dari kisah feature bertajuk Bagaimana Pagebluk Mengubah Kita. Apakah kita mengingat pelajaran yang telah kita dapat setelah bahaya berlalu? Kisah ini ditulis oleh Richard Conniff, yang terbit untuk edisi Agustus 2020. Kini, Conniff tengah menyelesaikan Ending Epidemics untuk Princeton University Press.
Pembahasan Conniff bermula tentang pagebluk yang pernah menjungkirbalikan kehidupan manusia di Bumi—dari cacar, pes, kolera hingga ebola. Sederet tokoh seperti Cotton Mather, Edwin Chadwick yang memperjuangkan sanitasi dan kesehatan warga kota, John Pringle tentang teori kotorannya, Robert Koch dengan teori kumannya yang kelak mengubah segalanya, Howard Florey seorang ahli farmakologi dan patologi yang berbagi Hadiah Nobel dalam Fisiologi atau Kedokteran pada 1945 dengan Sir Ernst Chain dan Sir Alexander Fleming untuk perannya dalam pengembangan penisilin.
Apa sejatinya yang diajarkan sejarah kepada kita? Apa kini artinya bagi kita? Editor in Chief National Geographic Magazine, Susan Goldberg, seolah mengingatkan kita dalam editorialnya. “Sementara kita berdebat,” tulisnya, “pagebluk berikutnya semakin mendekat.”
[Teks telah dikoreksi dan disunting kembali pada 30 Juli 2020]
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR