Nationalgeographic.co.id - Seorang mahasiswa pascasarjana filsafat di Columbia University bernama Mark Notturno mendapat telepon dari kepala departemenya. Saat itu tahun 1977, seorang aktris muda yang tinggal di Upper West Side telah menghubungi untuk mencari pelatih filsafat swasta, beberapa minggu sebelum Star Wars ditayangkan.
Itu adalah Carrie Fisher. Notturno pun menjadi filsuf pribadinya. Fisher membayar dua puluh lima dolar per sesi. Ia menelpon ke rumah dari apartemenya di samping gedung El Doradi di Central Park West.
Notturno mengatakan di laman Newyorker bahwa filsafat memiliki arti yang berbeda bagi dirinya dan Fisher. Mereka banyak berdiskusi soal kehidupan Fisher. Ketika berbicara tentang Plato, Fisher mengatakan bahwa ia pernah ke Retret Plato (Klub swinger yang terletak di Ansonia Hotel, di Broadway dan Seventy-third Street).
Notturno saat itu berusia dua puluh empat tahun dengan janggut Serpico dan kecintaan pada Kierkegaard. Sementara Fisher yang berusia dua puluh tahun telah memainkan peran remaja promiscuous di Shampoo dengan Warren Beatty.
"Saya pikir itu adalah cerita lucu pada saat itu," Notturno menjelaskan di luar kantor lamanya, yang kenop pintunya digoyangkan. “Dia menelepon departemen yang ingin mendapatkan guru filsafat. Mereka berkata, 'Bidang apa?' Dia berkata, 'Filsafat'. Mereka berkata, 'Ya, tapi bidang apa?'" Itu adalah cerita lucu bagi seorang ahli filsafat tutur Notturno.
Baca Juga: Mengapa Segitiga Bermuda Dianggap Berbahaya Hingga Saat Ini?
Notturno sedikit memamerkan murid bintangnya. “Teman saya Ted Talbot di jurusan filsafat adalah penggemar berat Star Wars,” kenangnya. “Carrie dan aku pergi ke apartemennya di Eighty-ninth Street, dan ketika dia sampai di pintu, Carrie berkata, 'Tolong aku, Obi-Wan Kenobi, kaulah satu-satunya harapanku.'”
Sesi filsafat tidak berlangsung setelah 1977. Notturno melanjutkan untuk menulis gelar Ph.D. disertasi: "Objektivitas, Rasionalitas, dan Alam Ketiga: Pembenaran dan Landasan Psikologisme".
Sementara Fisher terlibat dengan penulis lagu Paul Simon. Beberapa orang mungkin menganggap Simon, berdasarkan liriknya yang bijaksana, sebagai semacam filsuf modern.
"Saya pikir," renung Notturno, "mungkin itu lebih seperti yang ada dalam pikiran Carrie."
Source | : | newyorker.com |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Warsono |
KOMENTAR