"Setelah itu baru kami lakukan penanaman dan pembibitan," ujarnya.
Melalui bantuan PHE WMO, bibit-bibit mangrove didatangkan dari Mangrove Center Tuban untuk dilakukan proses pembibitan mandiri. Tak kurang 10 ribu bibit mangrove dan cemara laut di tanam di area seluas 30 hektare yang ada di desa.
Baca Juga: Pertempuran Megiddo, Metode dan Teknologi Pertama dalam Sejarah Perang
Bibit mangrove dan cemara laut yang ditanam antara lain berjenis Sonneratia alba (Prapat), Rizhophora stylosa, Stenggi, Rhizopora apiculata, Rhizophora mucronata, Ceriops tagal, Avicenna marina, dan Cemara casuarina.
Setelah hasil penghijauan berhasil, Sahril dan warga setempat memiliki ide untuk menjadikan desanya sebagai destinasi wisata. Atas bantuan PHR WMO, infrastruktur jalan menuju desa diperbaiki.
Fasilitas penunjang sebagaimana layaknya tempat wisata juga dibangun, seperti jalur trekking, saung, dan aula. Menggabungkan konsep konservasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat.
Upaya lain yang dilakukan PHE WMO rupanya tak berhenti di situ. Kondisi terumbu karang yang rusak di pesisir pantai desa, membuat PHE WMO tergerak untuk memperbaiki ekosistem laut di sekitar perairan Desa Labuhan pada 2017.
Melalui aksi nyata ini, Desa Labuhan telah berubah menjadi destinasi wisata berbasis edukasi. Masyarakat yang dahulu merantau kini perlahan kembali dan merasakan dampak ekonomi dari adanya kedua tempat wisata tersebut.
Tercatat, sebanyak 918 pengunjung telah mengunjungi kedua taman selama pagebluk di 2020. Kedatangan wisatawan tentu menjadi penopang ekonomi masyarakat Desa Labuhan sekaligus menjadi destinasi wisata berkelanjutan.
Berdayakan taman wisata lainnya
Selain memberdayakan Taman Pendidikan Mangrove dan Taman Wisata Laut, PHE WMO juga menghadirkan program Pengembangan wisata Pantai Pasir Putih Tlangoh yang berada dikawasan Desa Tlangoh, Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan.
Penulis | : | Fathia Yasmine |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR