Senada dengan Solihin, Puteri Indonesia 2015 yang juga merupakan co-founder organisasi lingkungan Seasoldier, Nadine Chandrawinata mengatakan bahwa sampah puntung dapat diatasi jika masyarakat sadar seberapa besar dampaknya terhadap lingkungan. Ia menyebut, sampah puntung dapat meracuni ekosistem laut.
“Puntung ini salah satu sampah terbanyak, tapi tidak terlihat. Di ekosistem darat, puntung membutuhkan waktu bertahun-tahun lamanya untuk bisa terurai. Sementara di laut, sampah tersebut bisa meracuni ekosistem laut,” terang Nadine.
Baca Juga: Plastik yang Dimakan Burung Laut Lepaskan Bahan Kimia Beracun ke Pencernaannya
Kembali dijelaskan oleh Nadine, filter pada puntung yang berukuran kecil bisa mengecoh hewan-hewan di laut dan membuat mereka mengira itu adalah makanan. Akibatnya, hewan-hewan tersebut mati keracunan.
Butuh upaya bersama
Sementara itu, founder Waste4Change M. Bijaksana Junerosano yang turut menjadi pembicara pada webinar tersebut mengemukakan, jumlah sampah puntung saat ini menempati posisi pertama sebagai jumlah sampah terbanyak yang ditemukan di pesisir pantai.
Menurut data Waste4Change pada 2019, ada kurang lebih 115.000 sampah puntung rokok ditemukan di pesisir pantai.
“(Sampah puntung) Bisa datangnya dari aliran sungai atau mungkin terbawa angin karena ukurannya yang ringan dan kecil, sehingga terdampar di pantai dan terseret ke laut,” ujar Junerosano atau akrab dipanggil Sano.
Baca Juga: Telisik Sampah Plastik, Bikin Kotor Daratan Hingga Cemari Lautan Kita!
Oleh karenanya, dibutuhkan kesadaran dan perubahan perilaku untuk tidak menyepelekan sampah puntung meski ukurannya kecil. Sano mengatakan persoalan sampah ini dapat diselesaikan dengan kesadaran dan kontribusi semua pihak.
Waste4Change sendiri saat ini tengah melakukan uji coba program Send Your Waste yang bekerja sama dengan Sampoerna melalui payung program Sampoerna Untuk Indonesia.
Program ini mengajak masyarakat mengumpulkan puntung untuk dikirimkan ke mitra Waste4Change. Sampah tersebut kemudian akan dikelola.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR