Oleh Yosua Adrian Pasaribu–Sub Direktorat Registrasi Nasional
Nationalgeographic.co.id—Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan pemetaan cagar budaya di Kecamatan Misool Selatan dan Misool Timur, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat.
Kegiatan pemetaan ini menghasilkan dokumentasi 27 situs arkeologi di Kawasan Misool. Situs-situs arkeologi yang menarik di Kawasan Misool adalah situs-situs seni cadas yang kondisinya masih sangat baik.
Sebagian besar dari seni cadas itu kemungkinan berasal dari masa prasejarah. Dugaan ini didasarkan atas penggambaran cap tangan berwarna merah, dan beberapa lainnya berwarna merah kekuningan. Selain itu, dugaan juga berdasarkan gambar beliung yang kemungkinan menandakan masa neolitik.
Baca Juga: Di Antara Perairan Surgawi Papua, Leluhur Nusantara Membuat Coretan Unik Tentang Perjalanan Manusia
Gambar lainnya adalah bumerang dan binatang. Sebagian besar binatang yang digambarkan adalah binatang laut seperti ikan, dan mamalia laut seperti lumba-lumba.
Ada juga gambar yang menyerupai teripang. Dua gambar ikan bahkan digambarkan pada dinding karst seperti gambar tangan dan gambar bumerang.
Situs-situs arkeologi di Misool berupa peninggalan prasejarah dan etnografi di tebing, ceruk, dan gua yang terletak di bukit-bukit karst yang menjulang menjadi pulau-pulau karst di atas permukaan laut.
Untuk mencapai lokasi seni cadas itu, tim peneliti dan pemetaan harus menumpang feri dari Pelabuhan Kota Sorong untuk mencapai Kecamatan Misool. Tim tiba di Pelabuhan Yellu, Misool setelah menempuh waktu sekitar 4 jam melalui laut.
Tim mengunjungi Misool Eco Resort untuk menemui Marit Miners, salah satu pendiri resort yang kali pertama memublikasikan temuan seni cadas di Kawasan Misool. Marit Miners kemudian menjadi anggota “baru” dalam tim survei pemetaan cagar budaya.
Survei dilakukan dengan menggunakan kapal cepat yang dikemudikan oleh Ali Oheerenan dan asistennya yang juga bernama Ali.
Tim menuju situs-situs arkeologi di Misool dengan menggunakan informasi arah dari Marit Miners untuk dua situs di Misool Selatan dan informasi koordinat dari alat penerima GPS milik Putu Kelana, arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Maluku Utara.
Kondisi seni cadas yang masih relatif jelas juga menunjukkan adanya motif-motif non figuratif. Seperti lingkaran yang diblok dengan teknik menyemprotkan zat pewarna pada dinding karst. Motif-motif geometris bahkan terdapat gambar yang menyerupai simbol. Seperti huruf-huruf dan motif stensil menyerupai alat musik tamborin.
Ada juga seni cadas yang mencirikan masa kemudian. Seperti motif kapal layar Cina (jung), yang digambarkan dengan warna hitam. Mungkin dibuat dari arang. Motif-motif antropomorfis (matutuo) digambarkan dengan warna merah. Gambar binatang laut bercat merah, sebagian besar adalah ikan-ikan yang digambarkan dalam ukuran kecil.
Selain temuan seni cadas, di gua dan ceruk di Kawasan Misool tersebut juga terdapat artefak-artefak yang menandakan masa kemudian. Bahkan sampai abad ke-18 dan 19 M.
Artefak-artefak tersebut antara lain piring keramik, arca arntropomorfis kayu, dan gerabah bermotif. Artefak-artefak tersebut berkonteks dengan ekofak berupa tengkorak dan tulang-tulang manusia. Hal ini mencirikan penguburan sekunder. Di dekatnya juga terdapat tulang penyu, dan cangkang-cangkang kerang laut.
Para ahli seni cadas berpendapat bahwa seni cadas prasejarah dari masa paling tua (Paleolitik) di berbagai belahan dunia dicirikan dengan gambar cap tangan dan binatang. Digambarkan secara naturalis dan berukuran besar.
Kedua motif itu juga digambarkan dengan zat pewarna merah yang dibuat dari bahan oker. Pada masa ini adalah masa berburu-mengumpulkan makanan. Masa ketika masyarakat belum mengenal domestikasi tumbuhan dan binatang.
Di Kawasan Misool terdapat beberapa seni cadas yang menunjukkan kedua ciri tersebut. Seni cadas pada Situs Sunmalelen 6, Misool Timur misalnya. Di situs ini tedapat gambar lumba-lumba dengan posisi vertical.
Bagian kepalanya menghadap ke langit-langit tebing, dan dikelilingi 11 motif cap tangan. Beberapa di antaranya berukuran kecil, kemungkinan cap tangan anak-anak.
Seni cadas masa neolitik terjadi ketika masyarakat telah mengenal domestikasi tumbuhan dan hewan. Situs seni cadas masa Neolitik ditemukan di situs Sunbayo, Misool Timur.
Di situs ini terdapat gambar mamalia laut. Seperti gambar lumba-lumba dan gambar yang menyerupai ikan tuna. Pada bagian tengah gambar lumba-lumba terdapat motif stensil seperti beliung. Beliung merupakan alat batu untuk bercocok tanam atau untuk pengerjaan kayu.
Di tebing Situs Sunbayo juga terdapat dua seni cadas motif stensil ikan yang jarang dijumpai di situs seni cadas lainnya di Indonesia. Ikan yang digambarkan diduga dari keluarga Acanthuridae atau sering disebut sebagai surgeon fish.
Seni cadas yang menggambarkan masa yang lebih muda ditemukan di Situs Gua Kasam, Misool Timur. Motif seni cadas yang digambarkan adalah kapal layar. Menyerupai kapal jung China. Digambarkan dengan arang di dinding gua bagian atas di dekat mulut gua.
Situs seni cadas dengan motif stensil yang sangat menarik terdapat pada situs Sunmalelen 5 di Misool Timur. Seni cadas digambarkan pada dinding tebing. Memanjang utara-selatan setinggi sekitar 5 meter dan menghadap ke sisi timur.
Motif seni cadas yang sangat menarik juga digambarkan di dinding tebing bagian atas. Di ketinggian sekitar 4 meter dari permukaan air laut. Di dinding ini digambarkan motif cap tangan lengan kiri berwarna merah. Di bawah motif itu ada gambar stensil berwarna merah. Dibentuk dari sepasang jari telunjuk dan ibu jari.
Jean-Michel Chazine, seorang ahli arkeologi Perancis, menyebut motif tersebut dengan istilah “yoni” atau vagina. Di dinding tebing bagian atas ini juga digambarkan dua motif stensil berwarna oranye, yang menggambarkan benda bulat. Menyerupai alat musik tamborin.
Di gua-gua karst di Kawasan Misool juga ditemukan artefak dan ekofak. Diduga berasal dari masa yang tidak terlalu tua. Mungkin sekitar abad ke-19–20 M.
Pada situs Kasam 5 terdapat indikasi lokasi penguburan sekunder. Terletak di kaki bukit karst setinggi sekitar 5 meter dari permukaan laut. Temuan di situs ini berupa dua tengkorak. Kemungkinan merupakan jasad pria papua berusia lanjut.
Hal ini didasarkan atas korespondensi dengan Dyah Prastiningtyas. Di situs ini juga terdapat satu piring keramik Cina abad ke-18–19 M. Informasi ini diperoleh dari Yusmaeni Eriawati. Satu arca kayu berbentuk antropomorfik juga terdapat d situs ini. Usianya tidak terlalu tua, mungkin berasal dari abad ke-19–20 M.
Di Gua Kasam 2, Misool Timur juga terdapat temuan yang mengindikasikan penguburan sekunder. Di dalamnya terdapat tulang belulang manusia dan lima fragmen gerabah. Di dalam gua ini terdapat ruang besar.
Di dalamnya terdapat arang sisa pembakaran yang masih baru. Sepertinya masyarakat setempat masih menggunakan gua ini untuk kepentingan ritual tertentu. Belum diperoleh informasi lainnya mengenai temuan ini.
Di gua-gua di Kawasan Misool juga terdapat potongan-potongan stalagtit yang ditancapkan di atas permukaan gua, sehingga membentuk ruang. Temuan tersebut ada di Gua Kasam 5 dan Gua Selat Pana-Pana 1.
Akan tetapi tidak ditemukan seni cadas di gua-gua ini. Ada dugaan bahwa temuan-temuan ini merupakan gejala budaya dari masa yang lebih kemudian. Akan tetapi pendapat tersebut tentunya harus didukung berdasarkan penelitian.
Ancaman yang dihadapi situs arkeologi di kawasan ini adalah vandalisme yang dilakukan oleh pengunjung situs. Terdapat beberapa tulisan dan gambar menggunakan cat minyak atau cat kayu berwarna putih yang merusak seni cadas. Sektor industri pariwisata dan industri mutiara turut berperan dalam mendatangkan orang dalam jumlah besar ke kawasan ini.
Semoga pesan leluhur di situs-situs gambar cadas ini selalu terjaga kelestariannya.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR