Nationalgeographic.co.id—Pandemi COVID-19 telah mengganggu perkenomian dunia dan mempengaruhi kondisi ekonomi di seluruh negara termasuk Indonesia. Tapi seberapa besar pandemi ini mempengaruhi kondisi ekonomi di Indonesia?
Salah satu cara untuk melihat kondisi ekonomi suatu negara di masa pandemi ini adalah dengan mengukur tingkat perdagangan ekspor dan impornya. Dalam teori perdagangan internasional, apabila jumlah barang atau jasa yang di ekspor ke luar negeri semakin banyak, maka di dalam negeri harus memproduksi barang dan jasa lebih banyak juga dan ini otomatis akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Begitu pula dengan kenaikan jumlah barang atau jasa impor yang dipakai untuk kegiatan produktif di dalam negeri juga turut meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.
Ismadiyanti Purwaning Astuti dan Fitri Juniwati Ayuningtyas pernah menulis di Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan bahwa dalam jangka pendek terdapat dua variabel yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Dua variabel tersebut adalah variabel ekspor yang signifikan pada tingkat signifikansi 5 persen dan impor juga signifikan pada tingkat signifikansi 10 persen, sedangkan kurs tidak signifikan pada jangka pendek.
“Ekspor yang meningkat akan mendorong peningkatan produksi dalam negeri. Produksi yang meningkat akan menggerakkan roda perekonomian dalam negeri sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat. Apabila barang dan jasa yang diimpor dari luar negeri meningkat maka akan mendorong peningkatan kegiatan perekonomian dalam negeri baik produksi, konsumsi dan distribusi. Jika kegiatan perekonomian berjalan dengan baik maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” tulis mereka.
Baca Juga: Atasi Persoalan Sampah Plastik dengan Ekonomi Sirkular, Bagaimana Masyarakat Dapat Berkontribusi?
Sepanjang Januari 2021, nilai ekspor Indonesia tercatat sebesar 15,30 miliar dolar AS. Angka ini lebih rendah 7,48% secara bulanan jika dibandingkan Desember 2020 (month on month/mom) tetapi tumbuh 12,24% secara tahunan jika dibandingkan Januari 2020 (year on year/yoy).
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengatakan, penurunan ekspor secara bulanan ini lebih dikarenakan adanya musim liburan di akhir dan awal tahun yakni efek perayaan Natal dan Tahun Baru. Ia menyebut pasar internasional biasanya memang “slowdown” di tiga bulan pertama tiap tahunmnya.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR