Seiring berjalannya waktu, setelah melewati kesalahan, banyak kontroversi, dan kecurangan, vaksinasi akhirnya berhasil digunakan secara luas untuk memerangi cacar. Pada masa itu, vaksinasi menyebar dengan cepat di Inggris, dan pada 1800, vaksinasi juga telah mencapai sebagian besar negara Eropa. Berkat kegigihan Jenner, jutaan nyawa berhasil diselamatkan dari cengkraman wabah mematikan. Kabar luar biasa yang memberi kelegaan pada umat manusia ini lalu dengan cepat menyebar ke berbagai negara. Ia bahkan mendapat dukungan dari para tokoh-tokoh penting.
Menukil dari HistoryExtra, pengagum Jenner termasuk termasuk Napoleon Bonaparte (yang menyatakan "Aku tidak bisa menolak orang ini" - meskipun saat itu Prancis sedang berperang dengan Inggris) dan tsar dan permaisuri Rusia (yang mengiriminya cincin berlian "dari Marie"). Melintasi samudra nan luas, keberhasilan vaksinasi Jenner juga sampai ke telinga presiden Amerika, Thomas Jefferson. Pada 1806, Jefferson meramalkan bahwa Jenner akan dikenang sebagai orang yang membebaskan dunia dari cacar.
Diselimuti ketenaran, Jenner tidak lantas memperkaya diri. Hasil temuannya bahkan ia dedikasikan untuk kemanusiaan. “Jenner tidak mencari uang dari vaksinnya, dia tidak tertarik untuk mematenkannya,” kata Owen Gower, manajer Museum Rumah Dr Jenner, seperti dinukil dari BBC. Meski demikian, tidak semua orang setuju dengan metode vaksinasi yang ia ciptakan. Ironisnya, mereka tidak memberikan solusi yang lebih baik, tetapi justru menyerang dan mengejek temuan Jenner. Bahkan beredar rumor jika vaksin buatannya akan merubah seseorang menjadi sapi!
Ketakutan yang beredar luas itu mendorong satiris Inggris, James Gillray, membuat karikatur tentang vaksinasi pada 1802. Dalam gambar tersebut, tampak orang-orang sedang memenuhi rumah sakit untuk melakukan vaksinasi. Edward Jenner yang berada di tengah kerumunan digambarkan sedang memegang sebilah logam untuk menggores kulit seorang wanita yang tampak ketakutan. Sementara yang lain ditampilkan dengan kondisi yang mengerikan, seperti wanita hamil yang memuntahkan sapi dan wajah yang ditumbuhi tumor mirip sapi.
Baca Juga: Langkah Panjang Vaksinasi Demi Hadapi Pagebluk di Hindia Belanda
Walau kerap dihina, Jenner tetap melanjutkan program vaksinasi demi kemanusiaan. Setelah menikah pada 1788, Jenner membangun “Temple of Vaccinia” di taman rumahnya di Chantry House. Di gubuk satu kamar itu, ia memvaksinasi orang miskin secara gratis. Meski kembali ke kampung halamannya di Berkeley, hidupnya tak lagi sama.
“Setelah satu dekade dihormati dan dicaci maki dalam ukuran yang kurang lebih sama, ia secara bertahap menarik diri dari kehidupan publik dan kembali ke praktik pengobatan pedesaan di Berkeley,” terang Riedle.
Baca Juga: Penyakit-Penyakit yang Mungkin Terlupakan Karena Efektifitas Vaksin
Edward Jenner meninggal pada 26 Januari 1823 akibat stroke parah. Ia dimakamkan di Gereja St Mary, Berkeley, bersama orangtuanya, istrinya, dan putranya. Hidupnya memang berakhir, tetapi idenya soal vaksinasi masih terus berlanjut dan menyelamatkan jutaan nyawa. Pada 1980, Dunia berhasil bersih dari cacar berkat kampanye vaksinasi global yang dilakukan WHO.
Setelah ribuan tahun hadir sebagai momok terbesar manusia, cacar menjadi satu-satunya penyakit yang berhasil dibasmi dengan vaksin. Kini, penelitian Jenner tentang vaksin menjadi landasan bagi para ilmuwan dalam mengembangkan vaksin baru untuk penyakit lain. Berkat penemuannya, umat manusia tidak lagi memerangi wabah dalam kegelapan.
Source | : | ncbi.nlm.nih.gov,cdc.gov,BBC,History Extra |
Penulis | : | Lastboy Tahara Sinaga |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR