Inokulasi, yang kemudian dikenal dengan variolasi, pertama kali dipraktikkan di Afrika dan Asia sebelum akhirnya dibawa ke Eropa pada abad ke-18. Meski biasanya hanya memberikan efek sakit ringan, praktik ini tetap memiliki risiko. Dalam jurnal “Edward Jenner and the History of Smallpox and Vaccination (2005)”, Stefan Riedel menjelaskan bahwa dalam inokulasi, penerima mungkin dapat menularkan kembali penyakit cacar kepada orang lain. Bahkan bisa juga menjadi sarana penularan penyakit lain.
Pada 14 Mei I796, Jenner bertemu dengan seorang gadis pemerah susu, Sarah Nelms, yang menderita cacar sapi. Menggunakan sebagian lepuh cacar sapi Nelms, ia menginokulasi seorang anak laki-laki berusia 8 tahun bernama James Phipps. Setelah praktik tersebut, Phipps mengalami sakit ringan seperti demam ringan dan rasa tidak nyaman di ketiak. Memasuki hari kesembilan, tubuhnya merasa kedinginan dan kehilangan nafsu makan. Namun besoknya, Phipps merasa jauh lebih baik.
Beberapa minggu kemudian, Jenner kembali menemui Phipps dan memaparkannya lesi cacar. Tubuh Phipps ternyata tetap sehat dan tidak menunjukkan adanya penyakit apa pun. Jenner kemudian mengirimkan hasil laporannya ke Royal Society pada 1797. Meski eksperimennya menunjukkan bukti kekebalan terhadap cacar, makalah tersebut ditolak.
Jenner lantas tidak berhenti begitu saja. Ia kembali melakukan beberapa eksperimen tambahan dan menerbitkan sebuah buklet pada 1798 yang terdiri dari tiga bagian. Dari hasil laporan inilah mulai dikenal istilah vaksinasi. Istilah ini diambil dari Bahasa Latin untuk cacar sapi, vaccinia.
Jenner lalu berupaya meyakinkan para ahli tentang metode vaksinasi untuk memerangi cacar. Meski telah didukung laporan dari bukletnya, hal itu tidaklah mudah. Bahkan saat mencari sukarelawan pertamanya di London selama tiga bulan, ia tidak mendapatkan seorangpun. Upaya vaksinasi justru populer melalui aktivitas orang lain, terutama ahli bedah Henry Cline, yang diberi inokulan oleh Jenner. Satu tahun setelah buklet itu terbit, tepatnya pada 1799, ia baru mendapat dukungan dari Drs. George Pearson dan William Woodville untuk menerapkan vaksinasi pada pasien mereka.
Source | : | ncbi.nlm.nih.gov,cdc.gov,BBC,History Extra |
Penulis | : | 1 |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR