Makanan Bali memang khas. Sate lilit, misalnya, punya perbedaan yang kentara dibanding sate-sate lainnya di Indonesia. Bila umumnya sate berupa potongan daging kecil-kecil yang ditusuk pada lidi, wujud sate lilit yang sudah ada sejak berabad-abad silam ini justruh merupakan adonan daging berbumbu yang ditempelkan menyerupai kepalan pada tusuk sate. Ukuran tusuk satenya pun lebih besar dari tusuk sate biasa, dan acapkali diganti dengan batang Serai, menebarkan aroma sendiri. Karena bumbu-bumbu sudah ada dalam adonannya, sate lilit tak perluh lagi disirami kecap atau bumbu kacang.
Jadi, selama orang Bali masih ada, maka lawar, sate lilit, tum, betutu, dan babi guling pun akan tetap ada,” ujar Ni Nyoman dengan keyakinan penuh.
Di Warung Eny’s, Ni Nyoman menghilangkan merica dan cabai dalam adonannya. “Sebagian besar pengunjung warung ini adalah tamu asing, mereka tidak mampu makan yang pedas,” kilahnya. Sebagai alternatif, dia menyediakan sambal terpisah, bila ada yang meminta. “Pastinya, saya kasih Sambal Matah, sambal asli Bali.”
Jalan Petitenget menyimpan banyak kenangan bagi Ni Nyoman. Awal tahun 1990-an dia mulai membuka warung disini, kecil ukurannya, menjual makanan bagi para tukang bangunan lokal yang menggarap proyek hotel baru. Saat malam menjelang hanya suara Kodok dan Jangkrik beradu nada. Suaminya bekerja sebagai karyawan hotel. Setelah bertahun menabung, mereka memperbaiki warung dan membeli sepeda motor untuk membantu transportasi.
“Tahun 2003 suami saya berhenti bekerja, dan memutuskan sepenuhnya untuk bersama saya mengelola rumah makan ini. Kenalan kami, orang Jerman, memberi saran padanya, bahwa rumah makan ini bisa menghidupi keluarga kalau dikerjakan bersama. Benar, Sang Hyang Widhi Wasa membantu kami, hingga sekarang, bahkan anak saya Ni Luh itu sudah memberi tiga cucu.”
Tidak ada promosi yang dilakukan Ni Nyoman guna menggaet pengunjung. Ia hanya mengandalkan otetitas serta kualitas masakannya, sikap
Dua Pendaki Wanita Meninggal dalam Tragedi Puncak Cartenz Papua, Ini Profil dan Kronologinya
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR