Dalam buku itu, Norbruis juga mencatat bahwa rancang bangun Gedung Algemeene itu mulanya didesain oleh arsitek bernama Marius J. Hulswit (1862-1921). Namun proposal desain Hulswit ditolak, sehingga arsitek lain bernama Hendrik Petrus Berlage (1856-1934) ditunjuk sebagai perancangnya.
Berlage adalah seorang arsitek kelas dunia yang karya-karya bangunannya masih kokoh berdiri hingga saat ini dan terus dikagumi banyak orang, termasuk oleh para arsitek masa kini.
"Di dunia arsitektur kan ada nama-nama besar. Salah satu yang dikenal dan diakui dan nggak usah diperdebatkan lagi adalah Hendrik Petrus Berlage," kata Bambang Eryudhawan, arsitek lulusan Institut Teknologi Bandung yang memiliki perhatian pada bangunan-bangunan tua bersejarah.
Baca Juga: Segepok Uang Melayang-Layang di Kembang Jepun Sejak 1941, Siapa Punya?
Yudha, sapaan akrabnya, menceritakan bahwa Berlage memiliki beberapa karya arsitektur megah nan menawan. Salah satu masterpiece Berlage, menurut Yudha, adalah Beurs van Berlage yang berada di Amsterdam, Belanda.
Beurs van Berlage dulu dipakai sebagai gedung bursa saham di Amsterdam. "Sekarang jadi tempat pameran," ujarnya.
Hal menarik dari Beurs van Berlage, fasad gedung besar tersebut mengekspos kekhasan batu bata merah. "Dia (Berlage) memberikan inspirasi pada arsitek besar dunia lainnya, namanya Mies van der Rohe. Jadi Mies van der Rohe melihat gedung (Beurs van Berlage) itu waktu diajak bapaknya pergi ke Amsterdam. Dia terpukau bahwa ada sebuah arsitektur yang disusun dari batu bata."
Baca Juga: Selisik Gaya Arsitektur Rumah Raden Achmad Soebardjo di Cikini Raya
Bukan Perubahan Iklim yang Pengaruhi Gunung Es Terbesar di Antartika, Lalu Apa?
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR