Ada beberapa makhluk yang tinggal di cabang-cabang Yggdrasil. Selain Nidhoggr, ada juga tupai peengganggunya, Ratatoskr, dan seekor elang. Elang dan tupai itu sering bergantian mengganggu Nidhoggr.
Sementara kambing Heidrun hidup di atap Valhalla, bersama rusa jantan Eikthyrnir. Heidrun suka memakan tunas baru yang tumbuh dari pohon, dan Eikthyrnir memakan daun Yggdrasil.
Meski demikian Heidrun juga menghasilkan aliran madu ke bak besar Valhalla. Madu ini dimanfaatkan para kesatria yang sering berlatih untuk Ragnarok.
Tetapi dalam beberapa bagian, Yggdrasil dan Odin juga dianggap satu sosok yang sama.
Karena menopang dunia, Ygdrassil dilindungi oleh tiga perempuan tua yang disebut Norn. Mereka digambarkan sebagai Urd (masa lalu), Verdandi (sekarang), dan Skuld (masa depan). Ketiga Norn itu juga bertugas untuk membentuk waktu lewat menenun.
Yggdrasil juga mengisahkan bagaimana manusia tercipta bagi mitologi Nordik. Simek menulis, bahwa masyarakat Nordik percaya manusia berasal dari pohon Ash dan Elm. Kemudian lahirlah Ask sebagai laki-laki pertama, dan Embla sebagai perempuan pertama dari masing-masing pohon.
Kedua pohon ini rancu secara pemaknaan, ia merujuknya pada Yggdrasil.
Bagaimana nasib Yggdrasil dalam perang akhir zaman atau Ragnarok?
Peneliti mitologi Nordik Kuno dari University of Oxford, Carolyn Larrington, berpendapat tak ada yang jelas terkait penggambaran Yggdrasil dalam Ragnarok. Hal itu dia tulis dalam bagian pengantar di bukunya yang menerjemahkan Edda, The Poetic Edda (1999).
Sedangkan Simek dalam bukunya berpendapat bahwa saat Ragnarok mendekat, Yggdrassil akan bergetar.
Kemudian Yggdrassil juga akan menjadi tempat dua manusia terakhir—Lif dan Lifthrasir—untuk berlindung. Dalam perlindungan inilah, ketika segala kekacauan berakhir, mereka akan menjadi Ask dan Embla untuk mengulang kembali penciptaan umat manusia.
Baca Juga: Ragnarok, Serangkaian Peristiwa Kiamat Pada Cerita Mitologi Nordik
Source | : | ancient origins,sumber lain,Heritage Daily |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR