Nationalgeographic.co.id—Memberi maaf adalah kata yang mudah diucapkan oleh lisan dan digoreskan dengan tulisan, tapi berat untuk dilakukan oleh hati. Apalagi memberi maaf untuk orang yang benar-benar telah melukai hati kita.
Memberi maaf, bagaimanapun, adalah ajaran agama yang perlu kita jalani dan ikuti demi kebaikan diri kita sendiri. Agama apa pun pasti mengajarkan kebajikan ini.
Dalam Islam, Nabi Muhammad SAW adalah contoh teladan yang nyata dalam hal memaafkan. Meski kerap dilempari kotoran dan caci maki oleh penduduk Quraisy, ia tak menyimpan dendam dan selalu memaafkan. Meski dilempari bebatuan hingga berdarah-darah oleh penduduk Thaif, ia juga senantiasa memaafkan. Bahkan, meski dicaci-maki dan disumpah serapahi oleh seorang pengemis wanita tua Yahudi yang buta, ia juga tetap memaafkan dan bahkan menyuapi makanan untuk wanita tua itu.
Nabi Muhammad SAW selalu memberi maaf kepada siapa saja setiap hari tanpa diminta. Umat Islam pun ia anjurkan untuk selalu menjadi pemaaf sejati.
Tidak semua orang, termasuk umat Islam, bisa menjadi seorang pemaaf setiap harinya. Namun setidaknya, bagi warga Muslim dunia, ada hari yang bisa dijadikan momen untuk saling memaafkan, yakni Hari Raya Idulfitri atau Lebaran. Sikap memaafkan ini tidak hanya bermanfaat bagi penerima maaf yang dosanya mungkin seketika bisa dihapus, tapi juga bagi pemberi maaf itu sendiri yang rasa dendam dalam hatinya mungkin juga bisa hilang dalam sekejap setelah memberikan maaf tersebut.
Baca Juga: Lebaran Dua Kali, Umat Islam Bisa Dapat THR Dua Kali pada Tahun 2033
Source | : | Greater Good Magazine |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR