Terlebih lagi, para peneliti juga menemukan hubungan yang signifikan antara memaafkan orang lain dan kesehatan yang positif di antara orang-orang Amerika paruh baya dan lebih tua. Orang-orang berusia di atas 45 tahun yang telah memaafkan orang lain melaporkan kepuasan yang lebih besar dengan hidup mereka dan cenderung tidak melaporkan gejala tekanan psikologis, seperti perasaan gugup, gelisah, dan sedih.
Mengapa ada hubungan antara sikap tidak mau memaafkan dan gejala kesehatan yang negatif? "Pertimbangkan bahwa permusuhan adalah bagian utama dari sikap tidak mau mengampuni. Permusuhan juga telah ditemukan sebagai bagian dari perilaku tipe A yang tampaknya memiliki efek kesehatan yang paling merusak, seperti peningkatan risiko penyakit kardiovaskular. Meninggalkan dendam juga dapat membebaskan seseorang dari permusuhan dan segala akibat tidak sehatnya" papar Worthington.
Baca Juga: Pertanyaan Pribadi di Kumpul Keluarga, Bagaimana Cara Menghadapinya?
Bahkan, mungkin bukan hanya permusuhan dan stres yang menghubungkan sikap tidak mau memaafkan dengan kesehatan yang buruk. "Menurut tinjauan literatur tentang pemaafan dan kesehatan baru-baru ini yang diterbitkan oleh kolega saya Michael Scherer dan saya baru-baru ini," kata Worthington, sikap tidak mengampuni dapat membahayakan sistem kekebalan di banyak tingkatan."
"Misalnya," lanjutnya lagi, "ulasan kami menunjukkan bahwa sikap tidak memaafkan dapat menghambat produksi hormon penting dan bahkan mengganggu cara sel-sel kita melawan infeksi, bakteri, dan serangan fisik lainnya, seperti penyakit periodontal ringan."
Jadi, maafkanlah orang lain agar kita tak mengalami dampak buruk lebih lanjut semacam ini. Itu akan memberi kebaikan bagi diri kita sendiri juga.
Source | : | Greater Good Magazine |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR