Pembuktian itu berhasil diungkap oleh dalam temuan terbaru para peneliti yang dipublikasikan di Scientific Reports yang terbit pada Rabu (12/05/2021). Mereka menjelaskan bahwa vokalisasi ikonik dapat menyampaikan makna yang jauh lebih luas dengan lebih akurat.
Hal itu diungkap lewat eksperimen menguji beberapa orang dengan latar belakang linguistik yang berbeda. Mereka dicoba untuk memahami vokalisasi baru dalam 30 arti berbeda yang umum digunakan seluruh bahasa di dunia, dan yang diperkirakan relevan untuk digunakan pada evolusi bahasa manusia awal.
Makna ini mencakup entitas bernyawa, termasuk manusia dan hewan (anak, pria, wanita, harimau, ular, rusa), benda mati (pisau, api, batu, air, daging, buah), kata kerja (mengumpulkan, memasak, bersembunyi, memotong, berburu, makan, tidur), kata sifat (kusam, tajam, besar, kecil, baik, buruk), kata bulangan (satu, banyak) dan penunjuk (ini, itu).
Baca Juga: Mengapa Kita Membuat Bahasa Baru Selama Pandemi Virus Corona?
Hasilnya, peserta eksperimen dari berbagai latar belakang budaya dan bahasa, dapat memahami vokalisasi yang dihasilkan oleh penutur bahasa Inggris. Para peserta ini termasuk penutur 28 bahasa dari 12 rumpun bahasa, termasuk kelompok dari budaya lisan seperti Palikur yang hidup di Amazon atau Daakie dari kebudayaan lisan Pasifik Selatan.
Para pendengar dapat memahami secara akurat maknanya, daripada menebak secara asal daripada hal yang diisyaratkan secara visual oleh penutur.
"Penelitian kami mengisi bagian penting dari teka-teki evolusi bahasa, yang menunjukkan kemungkinan bahwa semua bahasa--lisan maupun isryarat--mungkin memiliki kesamaan asal-usul ikonik," ujar Marcus Perlman, salah satu peneliti dari University of Birmingham.
"Kemampuan untuk menggunakan ikonisitas untuk menciptakan vokalisasi yang dapat dimengerti secara universal dapat mendukung luasnya semantik bahasa lisan, memainkan peran yang mirip dengan gerakan representasi dalam pembentukan bahasa isyarat," tambahnya dalam rilis.
Baca Juga: Benarkah Bahasa Muncul 1,5 Juta Tahun Lebih Awal dari Perkiraan?
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR