Nationalgeographic.co.id - Cadas adalah seni melukis manusia purba untuk berkomunikasi, baik kepada sesama, hingga leluhurnya lewat ritual. Lukisan berbentuk hewan, manusia, dan alat-alat kemudian berkembang menjadi huruf dan tulisan agar mempermudah komunikasinya.
Tentunya kehadiran komunikasi tulisan maupun lewat cadas umurnya masih lebih muda daripada komunikasi lisan. National Geographic Indonesia sebelumnya memberitakan bahwa Neanderthal bahkan bisa mendengar dan berbahasa layaknya manusia modern.
Namun bagaimana manusia bisa menemukan bahasa?
Diperkirakan sebelumnya, nenek moyang kita memahami bahasa lewat tanda yang dapat dipahami orang lain. Tanda itu mengandalkan tanda suara dan gestur visual yang menyerupai makna yang dimaksudkan.
Pembuktian itu berhasil diungkap oleh dalam temuan terbaru para peneliti yang dipublikasikan di Scientific Reports yang terbit pada Rabu (12/05/2021). Mereka menjelaskan bahwa vokalisasi ikonik dapat menyampaikan makna yang jauh lebih luas dengan lebih akurat.
Hal itu diungkap lewat eksperimen menguji beberapa orang dengan latar belakang linguistik yang berbeda. Mereka dicoba untuk memahami vokalisasi baru dalam 30 arti berbeda yang umum digunakan seluruh bahasa di dunia, dan yang diperkirakan relevan untuk digunakan pada evolusi bahasa manusia awal.
Makna ini mencakup entitas bernyawa, termasuk manusia dan hewan (anak, pria, wanita, harimau, ular, rusa), benda mati (pisau, api, batu, air, daging, buah), kata kerja (mengumpulkan, memasak, bersembunyi, memotong, berburu, makan, tidur), kata sifat (kusam, tajam, besar, kecil, baik, buruk), kata bulangan (satu, banyak) dan penunjuk (ini, itu).
Baca Juga: Mengapa Kita Membuat Bahasa Baru Selama Pandemi Virus Corona?
Hasilnya, peserta eksperimen dari berbagai latar belakang budaya dan bahasa, dapat memahami vokalisasi yang dihasilkan oleh penutur bahasa Inggris. Para peserta ini termasuk penutur 28 bahasa dari 12 rumpun bahasa, termasuk kelompok dari budaya lisan seperti Palikur yang hidup di Amazon atau Daakie dari kebudayaan lisan Pasifik Selatan.
Para pendengar dapat memahami secara akurat maknanya, daripada menebak secara asal daripada hal yang diisyaratkan secara visual oleh penutur.
"Penelitian kami mengisi bagian penting dari teka-teki evolusi bahasa, yang menunjukkan kemungkinan bahwa semua bahasa--lisan maupun isryarat--mungkin memiliki kesamaan asal-usul ikonik," ujar Marcus Perlman, salah satu peneliti dari University of Birmingham.
"Kemampuan untuk menggunakan ikonisitas untuk menciptakan vokalisasi yang dapat dimengerti secara universal dapat mendukung luasnya semantik bahasa lisan, memainkan peran yang mirip dengan gerakan representasi dalam pembentukan bahasa isyarat," tambahnya dalam rilis.
Baca Juga: Benarkah Bahasa Muncul 1,5 Juta Tahun Lebih Awal dari Perkiraan?
Para peneliti juga menambahkan kalau temuannya membantah gagasan sebelumnya bila vokalisasi terbatas dalam representasi ikonik. Anggapan sebelumnya suara atau vokalisasi yang tak mengadung kata untuk komunikasi akan terbatas pada pendengar lintas budaya yang bahasa dan rumpun bahasanya berbeda.
Kelebihan eksperimen ini sendiri dilakukan secara daring sehingga peserta yang beragam ini benar-benar berasal dari seluruh penjuru dunia.
Selain itu sebagai tambahan juga menggunakan eksperimen lapangan menggunakan 12 makna yang mudah digambarkan.
Lewat uji di lapangan ini memungkinkan para peneliti memahami apakah peserta yang tinggal di masyarakat yang sama secara lingkup penuturan dapat memahami vokalisasi itu. Hasil di lapangan memungkinkan makna yang lebih akurat dari yang daring.
Baca Juga: Perubahan Kata Percakapan: Pertanda Berakhirnya Hubungan Percintaan
Sedangkan pada eksperimen daring, akurasinya tertinggi pada 98,6 persen untuk kata kerja 'tidur', hingga 34,5% pada kata tunjuk 'itu'. Secara berturut-turut adalah 'tidur', 'makan', 'anak', 'harimau', dan 'air'. Kemudian dari yang terburuk adalah 'itu', 'kumpulkan', 'tumpul', 'tajam', dan 'pisau'.
Para peneliti meyakini, temuan ini berpotensi bahwa vokalisasi ikonik dapat menciptakan kata-kata asli yang diucapkan semua bahasa di dunia. Gerakan ikonik juga ternyata berperan penting untuk evolusi komunikasi manusia, yang penting dalam bahasa isyarat modern.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR