Nationalgeographic.co.id—Pada Desember 2019, para astronom dikejutkan dengan meredupnya bintang Betelgeuse. Sebagai bintang berukuran super raksasa, peredupan Betelgeuse seharusnya merupakan bagian dari siklus yang biasa terjadi. Namun, kali ini berbeda. Betelgeuse meredup dengan sangat cepat dan membuat sejumlah astronom berspekulasi bahwa sang bintang akan mati sebagai supernova.
Peredupan ini mencapai puncaknya pada Februari 2020. Cahaya bintang dari Betelgeuse hanya mencapai 35 persen dari biasanya, dan bahkan dapat diobservasi dengan mata telanjang. Para astronom menyebut fenomena ini sebagai "Peredupan Besar".
Namun pada Februari 2020, Betelgeuse akhirnya mulai menampakkan dirinya lagi. Ia kembali bercahaya terang seperti semula pada bulan April. Hipotesis supernova terbantahkan, dan para astronom pun mulai mencari-cari penyebab redupnya sang bintang.
Setahun kemudian, para astronom menemukan jawabannya. Apa saja jawaban itu?
"Berdasarkan observasi kami pada Desember 2019 hingga Maret 2020, kami menemukan adanya pelepasan massa [berupa gas] dari sang bintang," tulis Miguel Montarges dalam artikel yang dipublikasikan di Nature. Montarges adalah astronom yang bekerja untuk Observatorium Paris. Penelitian ini merupakan hasil kolaborasi antara Montarges dengan 26 astronom lainnya, yang dilakukan dengan menggunakan Very Large Telescope (VLT) di Chile.
Menurut Montarges, pelepasan gas ini disebabkan oleh siklus kontraksi dan konveksi bintang. Siklus konveksi ini juga menyebabkan pendinginan di permukaan Betelgeuse, dengan pendinginan tercepat di bagian selatan bintang.
Pendinginan ini menyebabkan kondensasi yang mengubah gas yang dilepas menjadi debu yang menghalangi Betelgeuse. Hal inilah yang membuat Betelgeuse terlihat redup, terutama di bagian selatan.
Baca Juga: Meredupnya Cahaya Bintang Betelguese, Tanda Kematiannya Sudah Dekat?
"Hasil penelitian kami juga menyimpulkan bahwa Peredupan Besar ini bukanlah pertanda bahwa Betelgeuse akan menjadi supernova," kata Montarges.
Betelgeuse merupakan bintang paling terang kesepuluh di langit malam. Ia dapat dilihat bersama rasi bintang Orion pada bulan September hingga Maret. Di rasi bintang Orion, Betelgeuse merupakan bintang paling terang kedua setelah Rigel. Betelgeuse sendiri terletak di bahu kanan sang pemburu.
Bintang ini masih terbilang muda, dengan umurnya yang kurang dari 10 juta tahun. Umur ini jauh lebih muda dibandingkan matahari kita yang sudah berumur 4,6 miliar tahun.
Baca Juga: Ledakan Bintang Sebabkan Kepunahan Massal di Bumi 2,6 Juta Tahun Lalu?
Namun seperti dilansir dari Science News, Betelgeuse memiliki ukuran yang sangat besar. Ia merupakan salah satu bintang terbesar yang pernah diketahui, dengan ukuran mencapai 950 kali ukuran matahari menurut Encyclopaedia Britannica. Oleh para astronom, Betelgeuse diklasifikasikan sebagai bintang super raksasa merah.
Selain itu, Betelgeuse juga membakar hidrogennya dengan sangat cepat. Kedua faktor ini membuat bintang ini berumur pendek. Para astronom memperkirakan bahwa Betelgeuse sudah di penghujung hayatnya, dan akan menjadi supernova dalam ratusan ribu tahun ke depan.
"Betelgeuse tidak terlihat memasuki masa prasupernova, setidaknya untuk saat ini," tulis Montarges. "Meskipun fenomena ini tidak menandakan kepergiannya, masih ada kemungkinan bahwa ia akan meledak tanpa peringatan apa pun," pungkasnya.
Source | : | NASA,Nature,Encyclopaedia Britannica,Futurism,Science News |
Penulis | : | Eric Taher |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR