Baca Juga: 'Wanita Kelelawar' Kontroversial dari Wuhan Bicara soal Asal Pandemi
Selain itu, CDC dalam rilisnya juga menemukan B.1.427 and B.1.429 yang terdeteksi Februari 2021 di California, Amerika Serikat.
Mengapa virus yang awalnya hanya satu yang kita ketahui bisa memiliki banyak varian seiring pagebluk yang tak kunjung surut?
Amin Soebandrio dari Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman menjelaskan, bahwa ragam varian ini muncul karena virus yang terus bermutasi. Akibatnya, ada banyak perubahan dalam gen yang dimiliki virus tersebut untuk melahirkan varian yang baru.
"Jadi justru yang membedakan varian satu dengan varian lain adalah pola mutasi, contohnya pada varian alfa itu [jumlah] mutasinya lebih sedikit daripada delta. Delta itu bisa sekitar 2x lipatnya dari varian alfa," jelas Amin saat dihubungi National Geographic Indonesia, Jumat (18/06/2021).
Baca Juga: Mutasi Baru COVID-19 Muncul di Beberbagai Negara, Bagaimana Bisa?
"Semakin banyak mutasi, semakin banyak perubahan struktur atau fungsi."
Mutasi terhadi ketika virus bereplikasi atau memperbanyak diri, tambahnya. Pada proses itu mereka menyalin materi genetiknya, tetapi pada suatu kondisi yang acak (random), proses penyalinan itu mengalami 'kesalahan' yang menjadi mutasi.
Sebenarnya, ketika bereplikasi itu virus corona memiliki cara untuk memperbaiki dirinya dari kesalahan.
Amin memberi analogi seperti penyuntingan makalah atau skripsi mahasiswa, dalam mendeteksi hasil penelitian itu. Penyunting harus mengetahui letak salah ketik atau kata yang salah untuk dimasukkan dalam kalimat. Tetapi dalam satu waktu, ada kata typo yang tetap lolos dalam paper dan luput dari mata penyunting.
Kesalahan itu mengubah struktur genetik atau fungsinya yang menjadi mekanisme adaptasi terhadap tekanan lingkungan sekitarnya. Sehingga, setelah bermutasi virus mengalami seleksi, seperti teori Darwin, yang mampu bertahan tetap hidup, dan yang gagal akan akan gugur.
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR