Nationalgeographic.co.id—Biasanya, kita mengenal penguin sebagai burung-burung perenang yang hidup di Antarktika dan belahan bumi selatan. Akan tetapi, ada satu spesies penguin yang dikenal hidup di belahan utara khatulistiwa, yakni penguin galapagos. Sesuai namanya, penguin "aneh" ini hidup di Kepulauan Galapagos, tempat ditemukannya kura-kura raksasa dan tempat Charles Darwin meracik teori evolusi.
Menariknya, Darwin sendiri tidak mencatat keberadaan penguin galapagos dalam perjalanannya bersama HMS Beagle. Penguin ini pertama kali dideskripsikan oleh ahli zoologi Carl Jakob Sundevall, dalam artikel "On Birds from the Galapagos Islands" yang dipublikasikan tahun 1871. Oleh Sundevall, penguin ini diberi nama Latin Spheniscus mendiculus.
Persebaran spesifik dari penguin ini terletak pada lima pulau utama. Dilansir dari American Bird Conservancy, 95 persen dari populasi penguin ini tersebar di Pulau Fernandina dan pesisir barat Pulau Isabela. Sisanya diketahui terlihat di Pulau Floreana, Santiago, dan Bartolome.
Ukuran penguin ini termasuk kecil di antara spesies penguin lainnya. Dilansir dari Animaldiversity.org, penguin galapagos rata-rata hanya memiliki tinggi 53 cm, dengan berat badan berkisar antara 1,7 hingga 2,6 kilogram. Penguin ini merupakan penguin terkecil kedua di dunia setelah penguin kecil (Eudyptula minor) yang hidup di Australia dan Selandia Baru.
Ciri fisik penguin galapagos yang paling mencolok terletak pada kepala dan paruhnya. Mereka memiliki garis putih tipis yang melintang dari mata ke dagu. Selain itu, penguin ini juga memiliki warna merah muda di sekitar mata dan pangkal paruh, serta paruh bawah yang berwarna putih. Baik jantan dan betina memiliki karakteristik yang serupa, hanya saja penguin jantan memiliki ukuran sedikit lebih besar.
Iklim khatulistiwa yang panas sepanjang tahun membuat penguin ini beradaptasi. Dilansir dari AZ Animals, penguin galapagos lebih suka menghabiskan harinya dengan menyelam. Air laut Pasifik yang dingin membantu para penguin ini untuk menghindari teriknya matahari. Ketika di darat, mereka melebarkan sayap dan bernapas terengah-engah untuk membantu melepaskan panas.
Baca Juga: Es Antarktika Mencair, Kuburan Mumi Penguin Terungkap
Di sisi lain, iklim yang hangat dan daratan yang stabil memungkinkan penguin galapagos untuk membuat sarang. Sepasang penguin biasanya membuat sarang di gua-gua dan ceruk bebatuan sekitar pantai. Sarang-sarang ini biasanya banyak ditemukan pada musim kawin, sekitar Mei hingga Juli, yang menghadirkan arus laut dengan makanan yang berlimpah.
Di musim kawin, penguin betina biasanya mengeluarkan satu sampai dua telur. Baik penguin jantan maupun betina bergantian menjaga telur, sementara salah satu dari mereka pergi mencari makanan. Setelah 38-42 hari, telur-telur ini akan menetas. Orang tua penguin akan terus menjaga anaknya hingga 60-65 hari, sampai sang anak bisa mencari makan sendiri.
Meskipun para penguin ini telah beradaptasi, keberlangsungan hidup mereka masih bergantung terhadap ketersediaan makanan dari arus laut. Jika arus ini terdisrupsi oleh gejolak iklim seperti El Nino, maka populasi penguin ini akan turut terdampak. Pada 1982-1983, sebuah fenomena El Nino yang cukup besar berdampak kepada kematian dari 77 persen populasi penguin ini, seperti dilansir dari Birdlife.org. Hal yang sama juga terjadi pada 1997-1998, dengan kematian sebesar 66 persen dari jumlah populasi.
Meskipun jumlah penguin ini sudah mulai pulih, populasi dari penguin galapagos tidak lagi sebanyak dulu. Dilansir dari Galapagos Conservation pada tahun 2019, populasi penguin galapagos hanya mencapai 2.000 ekor saja, sehingga membuatnya sebagai penguin terlangka di dunia.
Baca Juga: Penguin Gentoo Dinilai Punya Pendengaran yang Baik di Bawah Laut
Jumlahnya yang sedikit dan ancaman iklim yang konstan membuat mereka memegang status genting (endangered) dalam daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN). Dilansir dari situs IUCN, saat ini belum terdapat perencanaan khusus untuk meningkatkan populasi dari penguin-penguin ini.
Meskipun Kepulauan Galapagos sudah ditetapkan sebagai taman nasional oleh pemerintah Ekuador, keberlangsungan populasi penguin galapagos masih belum menemui masa depan yang pasti.
Baca Juga: Apakah Penguin Kaisar Si Pemakan Besar Mendapatkan Cukup Makanan?
Penulis | : | Eric Taher |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR