Pernyataan Kammen selaras dengan jurnal ilmiah yang ditulis Roderich Ptak pada tahun 1983. "[Timor] pertama kali disebut tahun 1250 dalam tulisan Chu-Pan Chih (Zhu Fan Zhi), dengan nama Ti-wu dan Ti-men," jelas Ptak dalam tulisan bertajuk Some References to Timor in Old Chinese Records. Zhu Fan Zhi adalah karya dari Zhao Rukuo, pejabat dan sejarawan Dinasti Song. Ptak melanjutkan, bahwa Zhu Fan Zhi juga "memiliki catatan tentang keberadaan cendana di Timor".
Di Timor, orang Cina membeli cendana dan menukarkannya dengan porselen, perak, dan kain sutra. Oleh orang Cina, cendana digunakan sebagai bahan baku pembuatan dupa untuk ibadah. Selain itu, cendana juga dapat disuling menjadi minyak untuk obat-obatan.
Namun, keberadaan orang Cina yang menetap di Timor baru terekam ratusan tahun setelahnya. "Dari sumber sejarah yang kita miliki, penduduk Tiongkok mulai menetap di Pulau Timor pada abad ke-18," kata Kammen. Menurut penelitiannya, setidaknya sudah ada empat puluh laki-laki Tiongkok yang menetap di Kupang saat itu. "Sebagian dari mereka menikah dengan orang setempat, sebagian hanya berdagang dan berharap untuk pulang ke tempat asal mereka."
Baca Juga: Rempah Timor: Dari Kronik Cina Sampai Kedatangan Penjelajahan Eropa
Permukiman Cina di Timor tidak hanya terbatas di Kupang saja. Keberadaan mereka juga tersebar di kota-kota pesisir utara, yang meliputi Lifau, Atambua, Batugade, Maubara, Liquica, Manatuto, dan Dili.
"Yang tinggal di kota cenderung mencari keuntungan dari Portugis," ujar Kammen. Para orang Tionghoa di kota mencoba berhubungan baik dengan penguasa untuk mempermudah perdagangan mereka. Uniknya, pemerintahan Timor Portugis juga sering meminta pinjaman uang kepada orang Tionghoa untuk membayar gaji pegawai negeri dan tentaranya.
Selain bermukim di kota, sebagian kecil dari mereka mencoba peruntungan di pedalaman. "Orang Cina yang masuk ke pedalaman justru menjadi pelopor sektor kopi," jelasnya.
Kegiatan dari orang Cina Timor yang tinggal di pedalaman ini cenderung bertujuan menghindari kendali Portugis. Mereka juga mencari akal untuk menghindari pajak dengan berdagang tanpa melalui pelabuhan Portugis.
Membedah Target Ambisius Mozambik Memaksimalkan Potensi 'Blue Carbon' Pesisirnya
Penulis | : | Eric Taher |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR