Nationalgeographic.co.id – Kehidupan manusia tak terlepas dari peran mikrobioma. Makhluk hidup yang tak kasat mata ini telah hidup bersemayam dalam tubuh manusia sejak lahir.
Menurut publikasi National Human Genome Research Institute, mikrobioma didefinisikan sebagai kumpulan genom mikroba yang hidup di dalam tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan.
Mikrobioma yang terdapat dalam tubuh manusia (human microbiome) terdiri dari bakteri, bakteriofag, jamur, protozoa, dan virus. Jumlahnya 10 kali lipat lebih banyak dari jumlah sel tubuh manusia.
Dengan jumlahnya yang begitu banyak, setiap mikrobioma memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Sebagian mikrobioma bersifat baik, sebagian lainnya bersifat jahat.
Baca Juga: Pentingnya Merawat Kesehatan Mental Untuk Menghindari Migrain Kronis
Mikrobioma dalam tubuh manusia paling banyak ditemukan dalam sistem pencernaan (guts microbiome). Oleh karenanya, jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi komposisi mikrobioma dalam pencernaan.
Terkait makanan, masyarakat Indonesia telah menjadikan rempah-rempah sebagai bagian penting dari sajian kuliner. Hal itu tak mengherankan karena ragam rempah tumbuh subur di seluruh Nusantara. Bahkan, rempah Nusantara dipandang begitu berharga dan menjadi incaran dunia pada masanya.
Tanpa disadari, budaya mengonsumsi rempah rupanya memiliki pengaruh terhadap keseimbangan mikrobioma dalam tubuh masyarakat Indonesia.
Selain rempah, mikrobioma juga terlibat dalam banyak pengolahan makanan tradisional di Indonesia. Salah satunya tempe yang melibatkan bakteri asam laktat dalam proses fermentasinya.
Baca Juga: Kayu Manis, Bagaimana Kitab Suci dan Kita Memuliakan Rempah Ini?
Keterlibatan bakteri dalam proses pembuatan tempe rupanya menghasilkan senyawa bioaktif seperti zat antioksidan yang mampu menangkal radikal bebas dalam tubuh.
Dengan demikian, mikrobioma dapat berperan dalam menjaga keseimbangan pusparagam kuliner Nusantara.
Namun, pemahaman tentang mikrobioma dalam tradisi dan kearifan lokal di Indonesia masih perlu dibahas lebih jauh. Selain itu, masih perlu adanya pemahaman bahwa mikrobioma juga dapat menyokong keberlanjutan lingkungan. Mikrobioma rupanya memiliki peran penting dalam hal tersebut.
Untuk itu, Nusantics menggandeng National Geographic Indonesia melalui kampanye #SayaPilihBumi akan menggelar Bincang Redaksi yang ke-28 pada Minggu (27/6/2021) pukul 13.00 WIB. Acara tersebut akan berlangsung secara virtual melalui kanal YouTube resmi Nat Geo Indonesia.
Baca Juga: Selidik Getir Kopi Pedagang Arab, Penyambung Lidah di Jalur Rempah
Sebagai informasi, acara Bincang Redaksi kali ini juga digelar dalam rangka menyambut World’s Microbiome Day atau Hari Mikrobioma Sedunia yang diperingati setiap 29 Juni.
Acara tersebut akan membahas tema “Sains Mikrobioma dalam Tradisi Rempah Nusantara”. Melalui topik tersebut, Nusantics dan National Geographic Indonesia akan mengupas seputar sains mikrobioma bersama sejumlah narasumber yang ahli di bidangnya.
Sejumlah narasumber yang akan hadir adalah Founder dan CEO Nusantics, Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid, dan peneliti di bidang teknologi pangan dari Binus University Prof Inggrid Suryanti Surono.
Selain itu, akan hadir pula penulis buku Rumah di Tanah Rempah Nurdiyansah Dalidjo dan Founder Yayasan Alas Kualan Plorentina Dessy Elma.
Bagi Anda yang ingin menyaksikan dan mendalami pengetahuan seputar mikrobioma, Anda dapat mengakses acara melalui link ini.
Penulis | : | Yussy Maulia |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR