Nationalgeographic.co.id—Anjing diperkirakan menjadi kawan setia manusia sejak 15.000 tahun yang lalu, sejak sebelumnya menjadi serigala liar di hutan. Serigala liar itu perlahan-lahan masuk ke pemukiman manusia, kemudian manusia mulai menjinakkannya.
Perlahan, mereka semakin dekat dengan kita dan beradaptasi menjadi anjing. Sama seperti manusia, mereka pun akhirnya memiliki rasa keterikatan dengan manusia yang menjadi kawannya.
Berdasarkan laporan sebelumnya, rasa sayang dan keterikatan dengan manusia muncul berkat oksitosin yang dimiliknya, sama seperti yang dimiliki manusia juga. Oksitosin bisa muncul biasanya ketika mereka dibelai atau matanya ditatapi pemiliknya.
Meski demikian, sejarah perkembangan hubungan manusia dengan anjing masih menjadi teka-teki.
Dalam makalah Science pada 2016, menyebutkan anjing dijinakkan dua kali. Pertama di Asia, dan kedua di Eropa atau Timur-Tengah. Namun demikian, hasilnya banyak dikritik karena masih minim bukti yang menguatkan.
Pada 2018, jurnal BiorXiv mengungkapkan adanya anjing tertua di benua Amerika dari sekitar 10.000 tahun yang lalu. Temuan itu awalnya memperkirakan domestikasi anjing terjadi di benua Amerika.
Namun hasil lain dari laporan yang lebih baru, dikabarkan National Geographic Indonesia, bahwa anjing sudah terdomestifikasi di Siberia. Kemudian dibawa hingga benua Amerika seiring dengan proses migrasi manusia di zaman es terakhir.
Tetap saja, menurut laporan di Science Oktober 2020, ada celah kekosongan bagaimana anjing tersebar bersama penyebaran manusia. Untuk mengisi kekosongan, penelitian dari berbagai negara melakukan pengamatan pada 2.000 set data anjing purba yang spesiesnya hampir 11.000 tahun dari Eropa, Siberia, dan Timur Tengah.
Baca Juga: Temuan Rangka Kucing Bukti Peliharaan Kaum Pengelana di Jalur Sutra
Dalam prosesnya, mereka menambahkan 27 genom anjing purba dari yang sebelumnya tercatat hanya lima. Secara DNA, anjing memiliki garis keturunan yang berasal dari Timur Tengah, Eropa utara, Siberia, Papua, dan Amerika, sejak 11.000 tahun yang lalu
Kemudian para peneliti membandingkan dengan genom 17 manusia yang tinggal di tempat dan waktu yang sama dengan para anjing itu hidup. Pontus Skoglund, salah satu anggota penelitian itu mengatakan bahwa keragaman yang sudah ada pada saat itu, tentunya domestikasi sudah ada jauh sebelumnya.
Dikutip dari Science Magazine, ia memaparkan pandangan ini sesuai dengan bukti arkeologis di Jerman yang memaparkan keberadaan anjing pada 15.000 hingga 16.000 tahun yang lalu.
Baca Juga: 6.000 Tahun Silam, Manusia Prasejarah di Arab Saudi Menyukai Anjing
Sisa-sisa garis keturunan kuno ini diketahui masih dimiliki anjing hingga saat ini, terangnya. Misalnya, dalam laporan itu mereka menemukan Chihuahua nenek moyangnya berasal dari anjing Amerika awal, dan Husky berasal dari anjing Siberia kuno.
"Kalau Anda lihat sekelompok anjing yang berebda di taman anjing, mereka semua mungkin memiliki nenek moyang yang berbeda yang [dapat] dilacak kembali 11.000 tahun yang lalu," Skoglund berpendapat.
Menurut salah satu peneliti Greger Larson, ada hal mengejutkan lainnya dalam penelusuran moyang anjing. Ketika DNA anjing dibandingkan dengan DNA serigala modern dan purba, ternyata anjing mengambil materi genetik dari kerabat liar mereka, seperti hubungan babi biasa dengan babi hutan.
Tidak ada 'aliran gen' dari serigala yang dimiliki anjing, tetapi justru serigala memperoleh DNA yang baru dari anjing. Larson mengatikannya dengan hubungan keterikatan antara anjing dan manusia.
"Jika kamu adalah anjing, dan kamu memiliki sedikit serigala di dalam raga Anda, itu mengerikan bagi orang-orang," kata Larson. "Manusia akan menyingkirkan anjing [yang punya sisi serigala]."
Dengan keseluruhan hasil itu, mereka menyimpulkan evolusi yang dialami anjing hanya sekali, dan berasal dari populasi serigala yang kini sudah punah.
Baca Juga: Warita Para Pawang, Kisah Ikatan Antara Manusia dan Anjingnya
Tetapi Larson, yang juga turut serta dalam penelitian tahun 2016—yang menyebut penjinakan anjing terjadi dua kali—belum sepakat. Ia mengatakan masih banyak data yang diperlukan untuk mengunci kesepakatan ilmuwan.
Beradasarkan penelusuran genetik anjing dan manusia berdasarkan waktu dan tempat yang sama, para peneliti menemukan adanya kecocokan yang kuat. Misal, berdasarkan teks kisah para petani dan anjing yang tinggal di Swedia sekitar 5.000 tahun yang lalu, keduanya berasal dari Timur Tengah.
Hal itu menunjukkan bahwa para petani awal Eropa membawa anjing mereka saat budaya pertanian menyebar ke seluruh benua, tulis para peneliti.
Baca Juga: Kemandirian Kucing Sebabkan Mereka Lebih Apatis daripada Anjing
"Tertulis jelas, saat manusia bergerak, mereka bergerak dengan anjing-anjingnya," kata Larson.
Akan tetapi, terkadang ceritanya tidak sesuai. Petani di Jerman sekitar 7000 tahun yang lalu juga berasal dari Timur Dekat dan juga tinggal dengan anjing. Tetapi hewan-hewan itu tampaknya lebih mirip dengan anak anjing pemburu-pengumpul, yang berasal dari Siberia dan Eropa.
Source | : | Science,Science Magazine |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR