Tim kemudian mengambil sampel DNA dari cairan rumen untuk mendapatkan gambaran tentang mikroba spesifik mana yang mungkin bertanggung jawab atas degradasi plastik tersebut.
Sekitar 98% DNA mikroba yang bertanggung jawab atas penguraian ini adalah bakteri, dengan genus yang paling dominan adalah Pseudomonas. Beberapa spesies dari genus ini memang telah terbukti dapat memecah plastik di masa lalu, menurut laporan dalam jurnal Applied Microbiology and Biotechnology dan Journal of Hazardous Materials.
Bakteri dari genus Acinetobacter juga muncul dalam jumlah tinggi dalam cairan rumet tersebut. Beberapa spesies dari genus itu memang juga telah terbukti memecah poliester sintetis, menurut laporan tahun 2017 di Journal of Agricultural and Food Chemistry.
Ke depan, Ribitsch dan timnya ingin sepenuhnya mengkarakterisasi bakteri-bakteri pemakan plastik dalam cairan rumen dan menentukan enzim-enzim spesifik mana yang digunakan bakteri-bakteri itu untuk mengurai plastik.
Jika mereka bisa mengidentifikasi enzim-enzim yang berpotensi berguna mendaur ulang sampah plastik, mereka kemudian dapat merekayasa secara genetik mikroba yang menghasilkan enzim tersebut dalam jumlah besar tanpa perlu mengumpulkan mikroba tersebut langsung dari perut sapi. Dengan cara ini, enzim-enzim ini dapat diproduksi dengan mudah dan murah, untuk digunakan pada skala industri, kata Ribitsch.
Baca Juga: Sapi Raksasa Berukuran Seperti Mobil Van, Mengapa Ia Bisa Sangat Besar?
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR