Petunjuk pertama berasal dari Pluto. Benda ini melenceng jauh di atas dan di bawah bidang datar yang dilalui kedelapan planet. Pluto menukik dalam orbit lonjong yang membawanya ke tempat 30-50 kali jarak Bumi ke matahari. Tetapi, yang paling menarik soal Pluto adalah hubungannya dengan Neptunus. Hal ini disebut resonansi: Setiap tiga kali Neptunus mengorbit matahari, Pluto mengorbit dua kali, dan sedemikian rupa sehingga kedua planet ini tidak pernah berdekatan.
Pada 1993, Renu Malhotra menyusun teori soal kemungkinan cara berkembangnya sinkronisasi tersebut. Dia mengajukan bahwa ketika tata surya masih muda serta dipenuhi asteroid dan komet, Neptunus lebih dekat dengan matahari. Jika ada benda langit yang mendekati Neptunus, gravitasi planet yang kuat dapat melemparkannya ke arah matahari atau keluar sama sekali dari tata surya.
Karena aksi menimbulkan reaksi, orbit Neptunus juga bergeser sedikit. Model komputer Malhotra menunjukkan bahwa biasanya hal itu menyebabkan Neptunus bergerak menjauhi matahari. Dalam skenarionya, hal inilah yang menyebabkan planet ini “menangkap” Pluto, yang sudah berada lebih luar, dan memasukkannya ke dalam barisan gravitasi.
!break!
Malhotra terbukti benar satu dasawarsa kemudian. Di sabuk Kuiper, wilayah gelap yang membentang jauh melampaui Neptunus, teleskop menemukan banyak Plutino—dunia kerdil beku yang sama-sama memiliki resonansi dua banding tiga dengan Neptunus. Menurut Malhotra, hal itu hanya mungkin terjadi jika Neptunus mendekati Sabuk Kuiper seperti pukat gravitasi, menjaring banyak planet kerdil ke orbit baru.
“Begitu Plutino ditemukan, teori ini tidak terbantahkan lagi,” ujar Malhotra. “Migrasi planet jadi pemikiran yang diakui umum.”
Gagasan migrasi planet ini muncul saat para ilmuwan planet dibingungkan oleh beberapa fitur tata surya lain. Pada awal 2000-an, mereka telah lama menyadari bahwa pembentukan tata surya penuh prahara. Planet-planet membesar hingga ukuran saat ini dengan menyerap planetesimal—asteroid berbatu, komet es, dan benda yang lebih besar—yang menabraknya dengan kecepatan tinggi. Ini mungkin terjadi dalam 100 juta tahun pertama.
Yang membingungkan, prahara besar ini tidak berakhir di sini. Ratusan juta tahun kemudian, bulan mengalami serangkaian benturan besar yang menyebabkan permukaannya bopeng dengan kawah-kawah besar. Masa yang disebut Late Heavy Bombardment (Bombardir Berat Akhir) ini memberondong Bumi dengan lebih dahsyat lagi.
Para ilmuwan tidak punya penjelasan yang baik soal pemicunya, karena pada saat peristiwa itu planet telah menyapu sebagian besar puing di orbitnya. Teleskop mengungkap teka-teki yang sama di sabuk Kuiper. Selain Plutino, sabuk itu dipenuhi benda-benda dengan orbit yang sangat berbeda-beda.
Beberapa benda itu berkelompok dalam cakram datar, beberapa dalam awan berbentuk donat gembung; beberapa memiliki orbit yang bahkan jauh lebih eksentrik (istilah teknis untuk lonjong) daripada orbit Pluto. “Seperti kapal pecah,” kata Harold Levison, rekan Stern di Southwest Research Institute. Migrasi mulus Neptunus ke luar, yang digunakan Malhotra untuk menjelaskan Plutino, tidak mungkin menebarkan puing seluas ini.
Sementara itu, para astronom mulai menemukan planet di sekitar bintang lain—dan mulai secara radikal memperluas pemikiran mereka tentang apa saja yang sebenarnya mungkin terjadi dalam sebuah sistem planet. Ada yang orbitnya berdempetan, jauh lebih dekat daripada planet-planet di tata surya kita. Bahkan, ada planet yang melayang bebas di ruang antarbintang.
!break!
Semua planet ini tidak sesuai dengan konsep bahwa planet lahir di cakram berputar di sekitar bintang lalu duduk manis di tempat kelahirannya. Proses itu seharusnya menghasilkan orbit hampir lingkaran yang berjauhan, seperti yang ditampilkan orrery kuningan.
Jelas ada banyak planet yang bermigrasi, tetapi migrasi tenang tampaknya tidak menjelaskan orbit ekstrem dan Bombardir akhir, setidaknya menurut anggapan Levison. Dia mulai curiga bahwa sejarah tata surya kita sama sekali tidak tenang. Pada 2004, dia berkumpul dengan tiga rekan saat cuti panjang di Nice, Prancis, untuk berusaha memikirkan kejadiannya.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR