Ketika suatu asteroid menabrak Bumi, tetes-tetes kecil batu cair melambung tinggi ke atmosfer, kemudian menjadi hujan dalam bentuk manik-manik kaca padat bernama sferulit. Lapisan sferulit dari sebuah asteroid selebar sepuluh kilometer yang menghantam Yucatán sekitar 65 juta tahun silam, yang memunahkan dinosaurus, ditemukan di seluruh dunia. Sejauh ini, telah ditemukan setidaknya belasan lapisan sferulit yang berasal dari deretan tabrakan yang terjadi antara 1,8 miliar dan 3,7 miliar tahun yang lalu.
!break!
Menurut Bottke, mungkin sampai 70 di antaranya menabrak Bumi, masing-masing sebesar asteroid yang memunahkan dinosaurus. “Evolusi tata surya itu dinamis,” kata Levison. “Dahsyat. Tata surya kita mungkin tergolong tenang jika dibandingkan dengan yang terjadi di tempat lain. Mungkin memang harus tenang, agar terbentuk planet yang dapat dihuni.”
Model nice merupakan hipotesis, dan tidak semua ilmuwan yakin benar. Sekarang, semua orang sepakat bahwa setidaknya beberapa planet pernah bermigrasi, tetapi apakah itu memicu serangan dahsyat ke seluruh tata surya masih diperdebatkan. “Konsepnya menarik,” kata Donald Brownlee.
“Tentu terjadi di berbagai tempat, di seputar bintang lain. Apakah pernah terjadi di sini, kita tidak tahu pasti.” Jelas bahwa partikel komet seperti Inti terlontar keluar dari tempat di dekat matahari, katanya, tetapi pergeseran planet mungkin terjadi lebih lamban.
Kunci untuk menguji model Nice adalah membuat peta. Memetakan komposisi dan orbit benda-benda jauh dapat mengungkapkan apakah memang planet yang melontarkannya ke sana dan bagaimana terjadinya. Stern memimpin misi NASA bernama New Horizons yang akan mengirim wahana tanpa awak melewati Pluto dan kelima bulannya yang diketahui pada Juli 2015.
Dari sana, Stern berharap dapat memerintahkan New Horizons memeriksa setidaknya satu benda lain dalam sabuk Kuiper. Teleskop baru yang berkekuatan tinggi yang direncanakan dalam dasawarsa berikut akan memperlihatkan jauh lebih banyak benda dalam sabuk Kuiper.
Teleskop itu juga mungkin mengintip awan Oort, yang disebut Stern sebagai loteng tata surya. Puing-puing yang terlempar ke sana akibat Yupiter mungkin ada yang berupa planet hilang. “Saya yakin awan Oort akan membuat kita terpana,” kata Stern. “Planet pasti bertebaran di sana. Saya yakin kita akan menemukan banyak planet yang mirip Mars dan Bumi di sana.”
Bagaimana dengan masa depan planet yang kita kenal? Sifat acak di sistem ini begitu tinggi, kata teoretikus Greg Laughlin dari University of California, Santa Cruz, sehingga ramalan—maupun rekonstruksi sejarah—harus disajikan dalam kerangka probabilitas.
Kalangan ilmuwan sangat yakin bahwa keempat planet raksasa sudah selesai berkelana dan akan tetap berada di orbit yang sama selama lima miliar tahun ke depan, sementara matahari yang menua diperkirakan akan menggembung dan melahap planet-dalam. Tetapi, tidak jelas apakah planet-dalam—Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars—saat itu masih ada dan akan mati seperti itu.
!break!
“Ada peluang satu persen bahwa tata surya-dalam akan semakin tidak stabil secara drastis selama lima juta tahun ke depan,” kata Laughlin. Masalahnya adalah hubungan jarak-jauh yang aneh antara Yupiter dan Merkurius. Ketika gerak terdekat Yupiter ke matahari sejajar dengan orbit Merkurius yang sangat datar dengan cara yang tepat, Yupiter memberi tarikan kecil tapi stabil.
Setelah miliaran tahun, ini membuka peluang 1 banding 100 bagi Merkurius untuk melintasi orbit Venus. Ada juga peluang 1 banding 500 bahwa jika Merkurius menggila, planet itu juga akan mengganggu orbit Venus atau Mars, cukup untuk menyebabkan salah satunya menabrak Bumi—atau meleset sejauh beberapa ribu kilometer. “Seluruh Bumi akan melar dan meleleh seperti gulali,” kata Laughlin.
Risiko kecil kiamat itu—peluang 1 banding 50.000 bahwa Bumi akan hancur akibat kekacauan orbit sebelum sempat dihanguskan matahari—adalah peninggalan dari masa muda tata surya, sebelum susunannya terbalik-balik. “Kalau gravitasi diberi cukup waktu,” kata Levison, “akibatnya adalah hal-hal seperti ini.”
—
Robert Irion memimpin program penulisan sains di University of California, Santa Cruz. Foto Mark Thiessen tentang metana, gas yang tak terlihat, dimuat dalam edisi Desember. Seniman Dana Berry membuat sampul edisi Desember 2009.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR