Apakah yang menarik dari wajah-wajah di halaman-halaman ini? Apakah hanya karena bentuk wajah mereka tak sesuai dengan harapan kita, bahwa kita tidak terbiasa melihat mata tertentu dengan rambut itu?
Biro Sensus AS baru mengumpulkan data terperinci tentang penduduk multirasial sejak 2000, ketika untuk pertama kalinya biro ini memungkinkan responden mencentang lebih dari satu ras, dan 6,8 juta orang melakukannya. Sepuluh tahun kemudian, jumlahnya melonjak 32 persen, menjadikannya salah satu kategori yang meningkat paling pesat.
Pilihan multirasial dipuji sebagai kemajuan oleh orang yang frustrasi dengan keterbatasan kategori ras yang ditentukan pada akhir abad ke-18 oleh ilmuwan Jerman, Johann Friedrich Blumenbach. Ia membagi manusia dalam lima “varietas alami”: berkulit merah, kuning, cokelat, hitam, dan putih.
Meskipun opsi multirasial masih berakar pada taksonomi itu, opsi ini memperkenalkan faktor penentuan diri. Ini adalah langkah untuk memperbaiki sistem kategorisasi yang secara paradoks, keliru (ahli genetika menunjukkan bahwa secara biologis, ras bukanlah realitas) dan penting (pada kenyataannya berbagai ras hidup berdampingan dan memang ada paham rasisme). Penelusuran ras digunakan untuk menegakkan undang-undang antidiskriminasi dan mengidentifikasi masalah kesehatan.
Biro Sensus menyadari bahwa kategori rasial yang ada merupakan instrumen yang tak sempurna. Dan memang, untuk sebagian besar penduduk Amerika yang multirasial, termasuk orang-orang yang ditampilkan di sini, jati diri adalah konsep yang amat sarat kepentingan, dipengaruhi oleh politik, agama, sejarah, dan geografi. Juga bagaimana orang meyakini hasil dari jawaban yang diberikan terkait ras. “Saya hanya menyatakan bahwa saya berkulit cokelat,” kata McKenzi McPherson, 9 tahun.
“Dan saya bertanya dalam hati, Mengapa Anda ingin tahu?” Maximillian Sugiura, 29, berkata ketika dia menanggapi dengan menyebutkan etnik apa pun yang memberinya keuntungan situasional. Kesetiaan juga berpengaruh, khususnya ketika salah satu ciri tidak muncul dalam fitur wajah, rambut, atau kulit.
Yudah Holman, 29, menyatakan dirinya sebagai separuh Thailand dan separuh kulit hitam, tetapi mencentang orang Asia dalam formulir sensus dan selalu mengedepankan latar belakang Thailand-nya, “karena ibu membesarkan saya, jadi saya sangat bangga menjadi orang Thailand.”
Sandra Williams, 46, tumbuh dewasa pada masa ketika bangsa ini masih terbelenggu oleh perbedaan ras. Sensus 1960 menggambarkan sebuah negara yang 99 persen dihuni orang kulit hitam atau putih. Saat Williams dilahirkan enam tahun kemudian dari orang tua blaster hitam dan putih, 17 negara bagian masih menerapkan hukum menentang perkawinan antar-ras.
Mengaitkan kulitnya yang putih dan rambut pirangnya dengan leluhurnya yang berkulit putih, ujar Williams, akan dipandang sebagai bentuk penolakan oleh orang kulit hitam. Karena itu, meskipun dia memandang ras sebagai ulah masyarakat saja, dia selalu mencentang hitam saat sensus.
!break!
Di dunia masa kini yang dianggap lebih toleran, orang dengan asal usul budaya dan ras yang kompleks menjadi lebih santai dan bergurau tentang sebutan untuk dirinya sendiri. Di kampus, kita akan menemukan istilah seperti Blackanese (hitam-Jepang), Filatino (Filipina-Latin), Chicanese (Meksiko,-Jepang), dan Korgentinian (Korea-Argentina). Ketika Joshua Ahsoak, 34, duduk di bangku kuliah, darah Inupiat (Eskimo) dan Yahudi Midwest membuatnya mendapatkan julukan Juskimo.
Tracey Williams Bautista mengatakan bahwa anaknya, 7, Yoel Chac Bautista, menyatakan dirinya sebagai orang kulit hitam saat bersamanya, yang orang Amerika-Afrika. Saat bersama ayahnya, dia mengaku sebagai orang Meksiko. “Kami menyebutnya Blaxican,” candanya. Kerabat berkulit hitam memperingatkan Williams tentang kerasnya aturan “satu-tetes”, yang menggolongkan siapa pun yang memiliki “darah” keturunan hitam, sebagai orang hitam.
Tentu saja, ras masih penting di negeri ini. Amerika mungkin menjadi negara pluralis pada 2060, ketika Biro Sensus memprediksi bahwa orang kulit putih non-Hispanik tak lagi jadi mayoritas. Namun, jumlah populasi tidak menjamin kesempatan atau menghapus warisan kamp-sementara Amerika-Jepang atau hukum Jim Crow (yang mengharuskan orang kulit hitam duduk di bagian belakang bis, misalnya).
Rata-rata, orang kulit putih memiliki pendapatan dua kali lipat dan kekayaan enam kali lipat dibandingkan dengan orang kulit hitam dan Hispanik, dan pemuda berkulit hitam memiliki kemungkinan dua kali lebih besar menjadi pengangguran dibandingkan dengan pemuda berkulit putih.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR