Empat wilayah selatan—Monroe, Miami-Dade, Broward, dan Palm Beach—ditempati sekitar sepertiga penduduk Florida, dan sekitar 2,4 juta orang tinggal tak sampai 1,2 meter di atas garis pasang tinggi. Jalan di Fort Lauderdale, Hollywood, dan Miami Beach sering banjir pada pasang tinggi yang sesekali terjadi, yang jauh lebih tinggi daripada pasang naik biasa.
Laut dapat naik 60 sentimeter sebelum 2060, menurut National Climate Assessment, ketika airnya menghangat dan memuai dan saat lembar es kutub dan Greenland meleleh. Sebelum 2100, laut dapat naik hingga dua meter. Itu akan menenggelamkan sebagian besar Miami-Dade. Untuk setiap kenaikan laut 30 sentimeter, garis pantai akan bergeser masuk 150-610 meter.
Kenaikan 60 sentimeter akan cukup untuk mengurung pabrik pengolahan air kotor Miami-Dade County di Virginia Key dan PLTU di Turkey Point di Biscayne Bay.
“Pada kenaikan laut dua kaki [60 cm], keduanya akan berada di tengah laut,” kata Hal Wanless, kepala jurusan geologi University of Miami. “Sebagian besar pulau penghalang tidak akan bisa dihuni lagi. Bandara akan menghadapi masalah pada empat kaki [120 cm]. Kita tak akan bisa menjaga air tawar di atas ketinggian laut, jadi akan terjadi penyusupan air laut ke persediaan air minum kita. Semua orang ingin akhir cerita bahagia. Tetapi, kenyataannya tidak begitu. Kita menyebabkan laut memanas, dan laut akan membalasnya.”
Karena garis pesisirnya panjang dan rendah, Florida memang lebih rawan, tetapi tidak ada wilayah yang kebal. Pada 2012, banjir, kebakaran hutan, kekeringan, dan badai di seluruh AS menyebabkan kerusakan senilai lebih dari 1,3 kuadriliun rupiah, tahun yang mengalami kerugian terbesar kedua dalam sejarah AS. Seolah mencontohkan cuaca buruk yang kelak merundung seluruh dunia, Taifun Haiyan menerjang di Asia Tenggara pada 2013 dan melanda Filipina, menewaskan 6.200 jiwa. Pada tahun itu juga di hampir setiap benua terjadi kekeringan yang merusak tanaman, terutama di Afrika dan Asia Selatan. Dataran Tinggi Brasil, di tengah wilayah monsun Amerika Selatan, mengalami kekeringan terburuk sejak 1979, sehingga terpaksa melakukan penjatahan air. Pelelehan gletser yang cepat di Pegunungan Andes dan Himalaya akan memperparah kekurangan air di Peru, India, dan Nepal.
Pada beberapa dasawarsa mendatang, menurut perkiraan World Bank, akan terjadi ketidakstabilan politik, kekurangan pangan, dan kelaparan, yang akan menyebabkan pengungsian jutaan orang. Pesisir yang berpenduduk padat di Asia Selatan dan Asia Tenggara, khususnya di Bangladesh dan Vietnam, dapat terendam air. Lebih buruk lagi, kenaikan laut dapat melanda delta-delta sungai utama, meracuninya dengan air laut dan merusak sebagian lahan tani tersubur di dunia. Delta Sungai Mekong di Vietnam, yang dihuni 17 juta jiwa dan ditanami setengah persediaan beras negara itu, sudah bertempur dengan penyusupan air laut.
!break!Di Florida selatan para pemimpin daerah sudah mulai memetakan sendiri masa depan mereka. Hampir tak ada bantuan datang dari parlemen negara bagian, yang dikendalikan oleh orang partai Republikan, yang sebagian besar masih skeptis tentang ilmu iklim. Rick Scott, gubernur Republikan, biasanya menghindari topik itu, berulang kali menyatakan, “Saya bukan ilmuwan.” Musim panas lalu, setelah lima ilmuwan iklim terkemuka Florida, termasuk Wanless, melaporkan perkembangan terbaru kepada Scott, dia mengucapkan terima kasih, tanpa tambahan perkataan lain.
Keempat wilayah telah menyusun daftar umum tindakan yang akan “merekayasa ulang” wilayah itu, langkah demi langkah, hingga 2060. Pembuatan cetak biru yang terperinci akan memakan waktu bertahun-tahun. Tetapi, pendekatannya tidak ada yang baru.
“Kami akan melanjutkan hal-hal yang sudah kami lakukan,” kata Joe Fleming, pengacara Miami dalam bidang penggunaan-lahan. “Kami akan mengeruk dan menopang semuanya.”
Harvey Ruvin, mantan komisioner wilayah yang mengepalai satuan tugas kenaikan permukaan air laut untuk Miami-Dade County, menjabarkan pemikiran sejauh ini: “Intinya adalah menyusun rencana anggaran komprehensif yang mencakup segala macam hal—pabrik desalinasi, penaikan jalan, lokasi penaikan tanah, lokasi pembuatan kanal. Dalam rencana itu, kami terpaksa menaikkan sebagian tanah dengan mengorbankan tanah lain.”
Ruvin menyadari tantangan yang dihadapinya. Kecenderungan menunda-nunda. Sengketa tentang hak properti. Pertempuran panjang untuk mengubah aturan zona dan pembangunan agar melarang pembangunan di daerah-daerah yang tidak dapat dilindungi. Dan dia tidak ingin membicarakan biaya semua perombakan itu. “Saya bahkan tidak bisa menyebutkan angka yang realistis. Mungkin $50 miliar?” Ruvin menebak, meskipun dia tahu itu terlalu kecil. Dia berfokus pada memikirkan cara membiayai proyek jangka panjang di suatu tempat yang lebih suka meraih keuntungan jangka pendek. “Bagaimana cara menjelaskan kepada rakyat agar mereka mendukung penerbitan obligasi pemerintah, sementara menaikkan sedikit pajak properti untuk membiayai perpustakaan saja, para komisioner wilayah sudah takut?”
!break!Tahun lalu Ruvin mengundang dua eksekutif dari Swiss Re, raksasa reasuransi global, untuk memberi penjelasan kepada satuan tugasnya tentang masa depan Florida yang berada di ujung tanduk. Kedua pengolah angka yang bermental baja itu membuat model prediktif yang menunjukkan bahwa wilayah itu dapat mengalami kerugian 410 triliun rupiah per tahun sebelum 2030 akibat peristiwa terkait badai, naik dari 211 triliun rupiah pada 2008. Menurut mereka juga, kerugian itu dapat dikurangi sebesar 40 persen jika wilayah itu segera bertindak untuk melindungi properti yang rawan.
Selidik Ilmiah: Kejadian Langka, Kenapa Ikan Anglerfish Naik ke Permukaan Laut?
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR