Beberapa pemikir dan ilmuwan berpengaruh lainnya kemudian mengikuti jejak Murie ke Denali, yang kawasan pegunungannya sebagian besar terbuka tanpa pohon sehingga cocok untuk mengamati satwa liar. Kawasan luas di bagian Amerika yang masih liar ini memicu perubahan besar dalam pandangan mengenai peran taman dan pengayomnya. Di sinilah dilakukan penggodokan banyak norma perlindungan lingkungan serta pengambilan keputusan berbasis ilmu pengetahuan yang kini dianggap lazim.
Denali juga berdampak besar pada ratusan ribu pengunjung nonilmuwan yang datang setiap tahun dengan harapan dapat berjumpa satwa liar yang menakjubkan dan saat pulang merasa lebih dekat dengan alam. “Kami menyaksikan hal tersebut sepanjang waktu,” kata Pengawas Taman Don Striker. “Mereka datang ke sini untuk berfoto-foto. Ketika mengalami hal semacam ini, tumbuh sesuatu di hati mereka. Mereka membawa pulang keinginan untuk melindungi tempat seperti ini.”
Namun, sejak dulu Denali menyembunyikan kemelut di balik keindahannya. Taman ini didirikan pada 1917 sebagai suaka bagi domba dall dan hewan buruan lainnya, sementara jagawana awal harus mengusir pemburu liar yang menjual daging buruannya kepada penambang dan pembangun rel kereta api. Tarik-menarik antara pemanfaatan dan pelestarian merupakan sumber ketegangan di taman-taman nasional. Bahkan saat ini pun, taman ini termasuk salah satu tempat yang ketegangannya paling kentara—dan yang penanganannya paling kreatif. Ketegangan itu menyebar dari puncak Denali yang terkadang padat hingga jalan setapak yang terpencil.
“Banyak hal tentang taman ini yang membingungkan orang,” kata jagawana John Leonard. “Ini alam liar, tetapi di beberapa tempat ada yang mendaratkan pesawatnya, sementara di tempat lain orang boleh berburu dan memasang jerat. Itulah yang membedakan Denali—taman ini tidak tertutup. Dan itulah yang mempersulit pengelolaannya.”
“Apakah Anda yang tempo hari terbang berkeliling?” tanya Coke Wallace saat kami bertemu di luar rumahnya di Stampede Road. “Kami kira kalian sedang melacak sinyal radio serigala. Saya hampir keluar untuk melihat barangkali ada yang bisa ditembak.”
!break!Wallace adalah penjerat, pemburu, pemandu, dan mengaku “orang udik ekstrem sayap kanan”. Saat menunjukkan koleksi jerat dan perangkap serta kulit serigala besar yang dibentangnya di bingkai pengeringan, ponselnya berbunyi. Nada deringnya ternyata lolongan serigala.
“Orang sering salah mengira bahwa saya membenci serigala,” tuturnya kepada saya. “Padahal, menurut saya hewan itu hebat sekali. Masalahnya, setiap lima sampai tujuh tahun sekali saya menangkap serigala yang salah.”
Pada 1999 Wallace menembak seekor betina alfa berkalung dari kawanan Grant Creek, yang sangat sering dilihat pengunjung di Park Road. Pada 2005 seekor betina alfa dari kawanan East Fork masuk perangkapnya yang dipasang di luar batas taman. Pada 2012 ia membawa bangkai kuda ke perlintasan serigala dan memasang perangkap serta jerat di sekitarnya. Ketika dia memeriksanya beberapa hari kemudian, ternyata ada seekor betina bunting dari kawanan East Fork, yang tertangkap. Kematian hewan itu, didokumentasikan oleh tetangganya dan kemudian diakui Wallace dan menuai ancaman pembunuhan. Tetapi bisnis pemandu wisatanya juga ikut terdongkrak. Pada tahun yang sama Wallace menangkap satu-satunya betina beranak dari kawanan Grant Creek, yang sering berkeliaran di luar batas taman. Akibatnya kawanan itu tak memiliki keturunan dan jumlah anggotanya anjlok dari 15 menjadi tiga ekor.
Sampai beberapa tahun silam serigala yang berkeliaran ke dekat tanah Wallace dilindungi oleh hukum. Apa daya, kawanan serigala yang paling terancam di Denali justru berada di pusat perseteruan politik. Pada 2000, Gordon Haber, ahli biologi serigala terkenal dan blak-blakan yang melanjutkan penelitian Adolph Murie, melihat orang memasang jerat di sepanjang batas taman. Dia bersama beberapa pihak lain meyakinkan dewan perburuan Alaska Board of Game untuk membuat zona penyangga larangan berburu di sepanjang Jalur Stampede dan di daerah Ngarai Nenana. Setelah Haber meninggal akibat kecelakaan pesawat pada akhir 2009, Park Service meminta perluasan kawasan larangan berburu. Dewan perburuan justru menanggapinya dengan menghapus zona itu, membuat serigala rawan dijerat dan diburu di sekitar batas taman.
Meskipun Park Service telah menghentikan pengendalian predatornya puluhan tahun silam, negara bagian ini justru menggalakkan program pengurangan serigala di beberapa wilayah untuk meningkatkan populasi karibu dan moose.
Pada 2013 dan 2014 petugas pengendali-predator negara bagian dan pemburu swasta berizin memburu dengan pesawat, menewaskan puluhan serigala di luar Cagar Nasional Sungai Yukon-Charley. Pembasmian itu mengurangi lebih dari setengah populasi serigala di cagar alam itu dan menewaskan beberapa serigala berkalung yang merupakan bagian dari penelitian Park Service selama puluhan tahun. Meskipun menurut Cotten program pembasmian serigala memiliki dasar ilmiah yang kuat, beberapa data menyanggah asumsi bahwa pembunuhan serigala akan meningkatkan populasi mangsa, terutama dalam jangka panjang.
Bagi Wallace, pembasmian serigala dan penghapusan zona larangan berburu Denali seharusnya sudah dilakukan dari dahulu. “Sudah seharusnya negara bagian berani menentang pemerintah federal dan pemerhati lingkungan bebal yang kebablasan,” katanya. “Saya jauh lebih menyukai saat taman ini bernama Taman Nasional McKinley, dan diperuntukkan bagi domba. Eh, kemudian pemerintah federal memaksa kami menerima ANILCA.”
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR