Dari tanganmu, tumbuh bunga
tanpa musim
semi dari batin, semai di hari yang lain
Bila gugur pohonan
Mekarlah mereka dalam ingatan
Rekah jadi pagi
dan segalanya seakan abadi
Akhir tahun, awal bulan
Rumput lumut layu bertunas
bagai melunas janji
Kau mengenalinya, mengenangnya
Seolah itu bagian dirimu
utuh tak terpisah
Dan pada mawar di rumpun sana
Ada perlambang cinta:
dari gegasnya waktu,
orang pergi berlalu
juga sentuh hidup tanganmu
Bersama Ann di Taman Para Raja, 2016
Ann Newman menyambut kami di pintu masuk Botanic Garden & Kings Park siang itu. Wajahnya terlihat cerah. Dengan ceria, ia berkata, “Selamat datang di taman botani terbesar di Australia, dan melebihi Central Park di Manhattan!”
Saya belum pernah ke Central Park sehingga saya tidak punya gambaran seberapa luaskah sebenarnya taman yang sekarang saya datangi ini. Dalam informasi yang sebelumnya dibaca, luas Kings Park mencapai 400 hektar, tempat tumbuhnya aneka tanaman dari segala penjuru dunia, mulai dari semak-semak bunga langka yang bersemai alami, jenis pohonan endemik Australia, hingga varian botani lainnya. Empat ratus hektar. Sekarang giliran saya sendiri yang kebingungan memvisualisasikan selapang pandang apakah luas lanskapnya.
Untunglah Ann tidak mengajak kami berkeliling untuk benar-benar menapak jejak seluruh bagian Kings Park. Terlalu luas bagi satu jam tur, katanya. “Mari menelusuri rute terpendek, yang disebut sebagai Queens Park.” Ia memulai langkah di depan dengan cukup cekatan bagi seorang wanita yang saya taksir berusia lebih dari 60 tahun ini.
Pengalaman selama tiga puluh tahun sebagai relawan di Kings Park membuat Ann mengenal persis seluruh bagian dari taman botani ini. Dia dengan ringan menjelaskan sejarah taman, termasuk mengajak kami memetik dedaunan dari sejenis pohon yang tumbuh di sekitarnya. “Coba hirup aromanya. Apakah Anda mengenali jenis tanaman ini?”
Masing-masing dari kami menerka, kurang lebih dengan jawaban yang sama: kayu putih. Namun, Ann menggeleng seraya tersenyum. “Bukan, bukan. Ini peppermint.”
Hal yang serupa dia lakukan terhadap pohon-pohon yang lain. Pertanyaan demi pertanyaan dia lontarkan dan meminta kami menjawab, tentu dengan jawaban mengira-ngira. Misalnya saat dia menunjukan sebatang pohon bernama Tuart. dengan karakter kayu yang keras dan berat, sehingga tidak digunakan untuk fungsi apapun. “Di Indonesia, Anda bisa mengirim kayu melalui sungai, karena mereka bisa ikut bergerak mengikuti aliran air sampai ke hilir. Khusus kayu tuart, ia pasti akan tenggelam!” seloroh Ann.
Perempuan ini ternyata sama sekali tidak pernah belajar ilmu biologi. Dia menuturkan, dorongan untuk menjadi relawan semata karena dia suka beraktivitas dan suka pada tumbuhan. “Saya punya taman kecil di rumah, yang semua isinya saya rawat dengan tangan sendiri.” Ann berkata sembari menunjukkan sebatang pohon mati yang kebetulan kami lewati. Perempuan ramah ini menambahkan, betapa pengelola Kings Park tidak pernah menebang pohon-pohon seperti ini. “Kami tidak membuangnya, sebab dia dapat sangat berguna bagi tumbuhan atau hewan-hewan kecil seperti serangga dan lainnya. Sebagai sarang atau bahan makanan alami.”
Kelihatan benar perempuan ini sangat menyukai perannya sebagai relawan. Ketika ditanya bagian manakah dari Kings Park yang menjadi favoritnya, Ann justru tercenung beberapa saat, sebelum melontarkan jawaban yang menggembirakan, “Saya suka semua hal tentang taman ini. Isinya, pengunjungnya. Anda tahu, di area seluas ini selalu terjadi hal-hal yang mengejutkan setiap harinya, sama seperti tadi, saat kita tiba-tiba menjumpai tunas semak atau jenis-jenis burung. Itu sangat menyenangkan bagi saya.”
Tidak sulit bila Anda ingin menjelajah di Kings Park. Peta panduan yang tersedia di loket depan memberikan informasi yang sangat menyeluruh, seperti jalur yang bisa ditempuh, titik-titik penting untuk beristirahat atau sekadar mengambil gambar, berikut penjelasan tentang masing-masing bagian taman. Jika berjalan-jalan di Kings Park, kita pun tidak mudah tersesat. Ada aneka penanda arah, termasuk papan-papan penjelasan ragam tumbuhan yang terpasang rapi bersisian dengan objek tanaman yang dimaksud. Untuk bersantai berbaring menikmati langit biru di lapangan terbukanya? Sangat mungkin. Bawalah juga buku untuk menemani hari.
Akhirnya, saya mendapatkan gambaran yang cukup utuh atas bagaimana sebenarnya Kings Park ini: sebuah lahan luas yang dibuka pada 1872 dengan sekian cerita kaya di dalamnya. Yang setiap tumbuhannya bersemi karena kecintaan, tanahnya menyemai keindahan yang tidak lekang berganti musim. Terima kasih, Ann!
--------
NI MADE PURNAMASARI Perempuan Klungkung berbintang Pisces ini memiliki gelar Sarjana Antropologi dari Universitas Udayana. Ia menyukai dunia tulis-menulis, mulai dari puisi, cerita pendek, hingga esai. Sejak 2007, ia telah mendapatkan beragam penghargaan atas karya tulis.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR