Nationalgeographic.co.id—Berjalan adalah salah satu cara termudah untuk menjaga kebugaran. Namun, menambahkan langkah mundur ke dalam rutinitas dapat memberikan manfaat yang lebih besar menurut sains.
Berjalan mundur, atau retro walking, kini semakin mendapat perhatian karena mampu meningkatkan keseimbangan, memperkuat otot yang jarang digunakan, dan bahkan mempertajam fungsi kognitif.
Praktik ini sebenarnya bukanlah hal baru. Catatan sejarah menunjukkan bahwa berjalan mundur telah menjadi bagian dari latihan tradisional di Tiongkok selama berabad-abad.
Seiring waktu, para atlet dan pelatih mulai mengadopsinya untuk meningkatkan performa olahraga. Kini, para peneliti semakin menemukan bahwa perubahan kecil dalam pola gerakan ini dapat memberikan dampak besar pada kesehatan otak dan daya ingat.
Manfaat Berjalan Mundur
Tidak seperti berjalan maju yang lebih banyak mengandalkan pergelangan kaki, berjalan mundur memindahkan beban kerja ke pinggul dan lutut. Perubahan gerakan ini mengaktifkan kelompok otot yang berbeda, memberikan manfaat unik bagi kekuatan dan mobilitas tubuh.
“Menurut saya, manfaat terbesar dari berjalan mundur di treadmill adalah mengubah beban mekanis pada tubuh serta menantang otak dan sistem keseimbangan dengan tugas yang tidak biasa,” kata Nicole Haas, spesialis klinis ortopedi di Boulder, Colorado.
“Saat berjalan mundur di treadmill, pola langkah kita berubah, sehingga otot, tendon, fasia, dan sendi direkrut dan diberi beban dengan cara yang berbeda.”
Janet Dufek, profesor kinesiologi dan ilmu nutrisi di University of Nevada, Las Vegas, telah meneliti gerakan mundur selama lebih dari 20 tahun.
Penelitiannya menunjukkan bahwa berjalan mundur meningkatkan fleksibilitas punggung bawah dan hamstring, mengurangi nyeri punggung, serta memperbaiki keseimbangan dan stabilitas. Itulah mengapa latihan ini sering digunakan dalam terapi fisik dan program rehabilitasi.
Namun, ternyata anfaatnya tidak hanya terbatas pada fleksibilitas.
Baca Juga: Dalil Ilmiah di Balik Bangunan Romawi Kuno yang Bertahan hingga Ribuan Tahun
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR