Nick Pyenson, seorang kurator fosil mamalia di Museum Sejarah Alam Nasional Smitsonian, mengatakan bahwa paus dan lumba-lumba memiliki leluhur yang berevolusi secara bertahap sejak berjuta-juta tahun lalu. Bagian dari transisi paus dan lumba-lumba itu termasuk proses modifikasi sistem pendengaran mereka, sehingga mereka tidak hanya dapat mendengar dengan baik di air, tapi juga dapat dengan baik mengenali sumber suara tersebut.
Jadi, meskipun sebagian besar mamalia air memiliki struktur pendengaran yang sama dengan kebanyakan mamalia di Bumi lainnya, sistem pendengaran paus dan lumba-lumba telah termodifikasi secara alami. Membuat mereka dapat mendengar dengan baik di di dalam air.
Maya Yamato, seorang ahli biologi paus dari Smithsonian, menjelaskan: “Kita tahu bahwa bunyi berasal dari adanya getaran yang terjadi di udara maupun air. Mengapa sistem pendengaran manusia tidak sebaik mamalia laut lainnya adalah karena pada telinga manusia, kita memiliki kanal telinga yang terisi udara, lalu di ujungnya terdapat gendang telinga yang menyampaikan getaran bunyi, meneruskannya ke tulang telinga, yang kemudian masuk ke bagian telinga dalam untuk diproses ke otak menjadi sebuah bunyi.
“Ketika manusia berada di dalam air, seluruh tulang tengkorak kita akan bergetar jika menerima getaran bunyi. Itulah sebabnya kita tidak dapat mendengar dengan baik ketika berada di air; telinga kita sendiri bingung menafsirkan dari mana getaran bunyi itu berasal.”
Baca Juga: Apakah Konser Musik Bikin Telinga Kita Alami Pendarahan? Berikut Penjelasannya
Bagaimana bisa getaran bunyi yang diterima tengkorak membuat telinga kesusahan menentukan sumber bunyi?
Alasan tengkorak kita bertindak sebagai mikrofon adalah karena sebagian besar persen tubuh kita terdiri atas air. Gelombang suara merambat sampai tulang tengkorak kita. Setelah gelombang diterima tulang mastoid, gelombang itu melewati saluran telinga untuk memberi sinyal ke otak, dan kita tidak dapat mengetahui dari mana asalnya karena tulang tersebut mengaktifkan kedua telinga sekaligus.
Ketika tengkorak kita bergetar, tulang yang menghubungkan bagian telinga tengah dan bagian telinga dalam akan berpadu dengan seluruh tengkorak. Sedangkan hal tersebut tidak akan terjadi ketika kita berada di daratan.
Dalam telinga paus, tulang-tulang yang menghubungkan bagian telinga tengah dan telinga dalam letaknya terpisah dari tulang tengkorak, sehingga getaran bunyi yang diterima tulang telinga tidak mempengaruhi getaran tulang tengkorak.
Mekanisme itulah yang tidak dimiliki pendengaran manusia, sehingga mereka dapat mendengar suara dalam air dengan jelas, sementara manusia tidak bisa.
Baca Juga: Pendengaran Merupakan Indra Terakhir yang Berfungsi Sebelum Meninggal
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR