Diketahui, DNA tersebut adalah wanita. Meski hanya sebagian kecil dari genom yang ditemukan, tetapi para peneliti dapat menyimpulkan bahwa dia adalah anggota dari kelompok hominid yang sebelumnya tidak diketahui. Kelompok itu sekarang sudah punah, tetapi berkontribusi pada populasi saat ini di Eropa dan Asia.
Selanjutnya, genom serigala yang ditemukan di sana juga menunjukan garis keturunan yang sebelumnya tidak diketahui, yang sudah punah. Menurut peneliti, populasi serigala berubah dan terbentuk kembali secara signifikan pada akhir zaman es terakhir, sekitar 11.000 tahun yang lalu.
Sementara DNA mitokondria bison dalam sampel tersebut, dapat diidentifikasi mirip dengan bison yang hidup di zaman sekarang. Para peneliti menemukan bahwa genomnya terkait lebih erat dengan bison Eropa dan Eurasia dibandingkan bison Amerika Utara.
Namun, tidak diketahui pasti apakah ketiga spesies itu hidup bersama di dalam gua. Peneliti mengaku sulit untuk mempersempit waktu pasti zaman hidupnya ketiga makhluk tersebut.
Baca Juga: Lukisan Gua Bergambar Jari-Jari Tak Lengkap: Diamputasi atau Ditekuk?
Studi DNA lingkungan, menurut peneliti juga masih memiliki beberapa keterbatasan yang signifikan. Seperti sifat fragmentrasi dari setiap materi genetik yang diambil, dan kemungkinan kontaminasi yang tinggi.
Namun, temuan tersebut telah menunjukan bahwa berkat teknologi yang murah dan mudah diakses, lumpur bisa menjadi sampel yang jauh lebih terbuka daripada yang telah diyakini sebelumnya.
"Hasil kami menunjukan bahwa unbiased shotgun sequencing dari DNA purba pada sedimen dapat menghasilkan data genom yang luas dan informatif tentang leluhur beberapa taksa," tulis peneliti.
Penelitian tersebut, menurut peneliti juga mungkin membuka arah baru untuk studi seluruh ekosistem. "Termasuk interaksi antara spesies yang berbeda dan aspek praktik manusia yang terkait dengan pemanfaatan hewan atau tumbuhan."
Baca Juga: Lebih Dari Setengah Abad Penemuan, Jejak Kaki di Atap Gua Terungkap
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Science Alert,current biology |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR