Jika kita selamat dari gempa bumi yang tiba-tiba, letusan gunung berapi, pemanjangan siang dan malam, dan gelombang pasang yang lebih tinggi, setidaknya kita akan lebih sering melihat gerhana matahari. Karena Bulan akan menutupi area langit yang lebih luas, akan lebih mungkin bagi Bulan untuk lewat di depan Matahari dari sudut pandang kita, kata Comins.
Kita bahkan masih bisa melihat korona Matahari (atmosfer luarnya) bersinar di sekitar siluet gelap bulan, tetapi tidak sejelas itu, tambahnya. Jika tidak, Bulan dan fase-fasenya akan terlihat hampir sama, hanya lebih besar di langit.
Lebih lanjut, siang dan malam yang lebih panjang dapat mengubah iklim kita dan mendorong perubahan evolusioner dalam berbagai cara, kata Scarlett. Hewan-hewan harus beradaptasi dengan bulan yang lebih terang di malam hari. Misalnya, para mangsa mungkin harus belajar bagaimana bersembunyi lebih baik di malam hari, karena para pemangsa mungkin memiliki lebih banyak cahaya saat berburu.
Baca Juga: Terungkap Cara NASA Menjaga Batuan dari Bulan Agar Tidak Dicuri dan Dijual di Pasar Gelap
Pertanyaannya, dapatkah sesuatu yang alami menyebabkan Bulan melayang lebih dekat ke Bumi?
Ini tentu saja spekulasi liar, tetapi Comins memutuskan untuk menjawabnya. "Jika objek yang cukup masif melintas dekat sistem Bumi-Bulan, dan Bulan berada di tempat yang tepat dari orbitnya saat benda ini lewat, benda ini berpotensi mengambil energi dari Bulan, dan itu akan menyebabkannya berputar lebih dekat dengan kita," papar Comins.
Keteraturan jarak antara Bumi dan Bulan saat ini adalah keajaiban alam semesta yang membuat manusia dan banyak hewan lainnya bisa hidup dengan nyaman di Bumi. Namun kenyamanan ini bisa terganggu jika ada asteroid besar bergerak ke tempat yang tepat pada waktu yang tepat untuk mendorong Bulan ke arah lebih dekat dengan kita.
Daripada menyaksikan Bulan lebih dekat tetapi justru menimbulkan petaka, tentu kita lebih berharap Bulan tetap berada di orbitnya seperti sekarang.
Baca Juga: Kecepatan Bumi Melebihi Pesawat Jet. Mengapa Kita Tak Merasakannya?
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR