Nationalgeographic.co.id—Laba-laba pelompat kecil, dengan matanya yang indah, tampaknya mampu melakukan sesuatu yang sebelumnya hanya pernah kita lihat pada vertebrata atau hewan bertulang belakang. Hewan kecil ini memiliki kemampuan untuk membedakan antara benda hidup dan benda mati.
Dalam sebuah tes baru, laba-laba pelompat liar (Menemerus semilimbatus) berperilaku berbeda ketika dihadapkan dengan objek-objek simulasi dari benda hidup dan benda mati. Perilaku tersebut menunjukkan kemampuan hewan tersebut dalam membedakan di objek-objek tersebut.
Penelitian ini tidak hanya menunjukkan bahwa kemampuan ini dapat ditemukan lebih luas di dunia hewan daripada yang kita ketahui. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pengaturan eksperimental dapat digunakan untuk menguji invertebrata atau hewan tak bertulang belakang lainnya dengan cara yang sama.
"Hasil ini dengan jelas menunjukkan kemampuan laba-laba pelompat untuk membedakan tanda-tanda gerakan biologis," tulis para peneliti dalam makalah laporan peneliti mereka yang terbit di jurnal PLOS Biology pada 15 Juli 2021.
"Kehadiran sistem deteksi berbasis gerak biologis pada laba-laba pelompat memperdalam pertanyaan mengenai asal usul evolusi dari strategi pemrosesan visual ini dan membuka kemungkinan bahwa mekanisme semacam itu mungkin tersebar luas di seluruh kerajaan hewan," papar mereka sebagaimana dilansir Science Alert.
Kalau dipikir-pikir, memang masuk akal bahwa laba-laba pelompat sebagai makhluk hidup harus bisa membedakan antara makhluk hidup dan benda tak hidup. Kemampuan ini benar-benar bisa menjadi masalah hidup atau mati bagi mereka untuk menghindarkan diri mereka dari predator, atau untuk mengejar mangsa. Namun demikian, tidak jelas apakah makhluk invertebrata kecil itu bergantung pada kemampuan untuk membedakan antara gerak dan non-gerak, atau benda hidup dan mati tersebut.
Laba-laba pelompat tampaknya menjadi kandidat yang sangat baik untuk pengujian ini karena hewan itu memiliki penglihatan yang sangat bagus. Seperti semua laba-laba, mereka memiliki delapan mata, tetapi mata laba-laba pelompat mencakup dua mata besar berwarna hitam jernih yang berkilauan di bagian depan wajah kecil mereka, yang mungkin memberi mereka penglihatan warna tetrakromatik.
Baca Juga: Ratusan Laba-laba Pemburu Menyerbu Kamar Seorang Anak di Australia
Baca Juga: Kain Ini Terbuat dari Jaring Laba-laba, Produk Tekstil Terlangka Dunia
Sebuah tim peneliti yang dipimpin oleh ahli biologi Massimo De Agrò, mantan peneliti di Harvard University, mengumpulkan 60 spesimen M. semilimbatus yang umum ditemukan di seluruh belahan utara bumi. Semua laba-laba ini kemudian menjadi sasaran uji titik-cahaya yang dirancang khusus oleh tim tersebut.
De Agrò dan timnya merancang tampilan titik-cahaya berdasarkan sendi laba-laba. Mereka juga merancang tampilan titik-cahaya lainnya, termasuk elips bergerak, dan gerakan acak yang tidak menyerupai gerakan makhluk hidup mana pun.
Untuk menunjukkan titik-titik animasi tersebut kepada laba-laba, tim menahan tubuh laba-laba tetap di tempatnya di atas "treadmill" bulat yang berguling di atas aliran udara terkompresi. Cara laba-laba mencoba berjalan di atas treadmill dianggap sebagai indikator responsnya terhadap animasi titik-cahaya tersebut. Masing-masing dari 60 laba-laba kemudian diperlihatkan tampilan tiap titik-cahaya, dan reaksi mereka dicatat dengan cermat.
Baca Juga: Bagaimana Laba-laba Bisa Memangsa Ular yang Jauh Lebih Besar?
Baca Juga: Sudah Mati Selama 110 Juta Tahun, Mata Laba-Laba Ini Tetap Menyala dalam Gelap
Menariknya, laba-laba pelompat memutar tubuh mereka agar melihat dengan mata-mata sekunder mereka ketimbang dengan dua mata besar mereka pada tampilan yang kurang hidup. Efek ini terlihat paling menonjol saat mereka dihadapkan dengan tampilan titik-cahaya acak yang paling tidak mirip dengan organisme hidup. Kedua mata besar mereka hanya diprioritaskan pada tampilan yang aneh, yang paling mirip dengan makhluk hidup.
Tim menyadari ini ada hubungannya dengan cara kerja mata laba-laba. Mata-mata sekunder di sisi kepala laba-laba mungkin tidak memiliki ketajaman visual seperti dua mata besar utama, tetapi mata-mata sekunder itu memberi laba-laba penglihatan hampir 360 derajat.
"Mata-mata sekunder melihat tampilan gerakan biologis titik-cahaya ini dan mata-mata itu sudah bisa memahaminya, sedangkan gerakan acak lainnya aneh dan mata-mata sekunder itu tidak mengerti apa yang ada di sana," jelas De Agrò.
Tim berharap sistem mereka dapat digunakan untuk menerapkan pengujian mereka ke invertebrata lain, seperti serangga dan siput, untuk mencoba dan mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana kemampuan ini berevolusi. Adapun 60 laba-laba itu sudah dikembalikan ke alam bebas tanpa cedera, meskipun mungkin merasa sedikit bingung.
Baca Juga: Bahaya Gigitan Laba-laba Black Widow: Tak Bisa Buang Air Kecil
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR