"Pada 30 April 2021, 1,5 juta anak ini telah menjadi konsekuensi tragis yang diabaikan dari 3 juta kematian COVID-19 di seluruh dunia, dan jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan perkembangan pandemi. Temuan kami menyoroti kebutuhan mendesak untuk memprioritaskan anak-anak ini dan berinvestasi dalam program dan layanan berbasis bukti untuk melindungi dan mendukung mereka saat ini dan untuk terus mendukung mereka selama bertahun-tahun ke depan—karena status yatim piatu mereka tidak akan hilang," papar Hillis seperti dikutip dari EurekAlert.
Sebelum pandemi, diperkirakan ada 140 juta anak yatim piatu di seluruh dunia. Anak-anak ini memiliki risiko lebih besar terhadap masalah kesehatan mental, kemiskinan keluarga, dan kekerasan fisik, emosional, dan seksual. Mereka juga lebih mungkin meninggal karena bunuh diri atau mengembangkan penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, kanker, atau stroke.
Pandemi COVID-19 telah mengakibatkan lebih banyak anak menghadapi kehilangan orang tua atau pengasuh. Selain itu, karena orang dewasa yang lebih tua adalah yang paling rentan terhadap COVID-19, banyak anak yang tinggal dalam keluarga multigenerasi akan menghadapi kematian kakek-nenek mereka. Bukti menunjukkan bahwa kakek-nenek semakin memainkan peran kunci dalam memberikan perawatan dan dukungan keuangan untuk cucu-cucu mereka di seluruh dunia.
Baca Juga: Ajakan 'Stop Baca Berita COVID-19' Justru Mengancam Keselamatan Publik
Profesor Lucie Cluver dari Oxford University di Inggris dan University of Cape Town di Afrika Selatan mengatakan, "Kami memiliki bukti kuat dari HIV dan Ebola untuk memandu solusi. Kami perlu mendukung keluarga besar atau keluarga asuh untuk merawat anak-anak, dengan penguatan ekonomi yang hemat biaya, program pengasuhan anak, dan akses sekolah."
"Kita perlu memvaksinasi para pengasuh anak—terutama kakek dan nenek pengasuh. Dan kita perlu merespons dengan cepat karena setiap 12 detik seorang anak kehilangan pengasuhnya karena COVID-19," tutur Cluver yang turut menulis studi terbaru tersebut.
Sebelum adanya laporan studi baru ini, tidak ada angka global untuk mengukur berapa banyak anak yang terkena dampak kehilangan pengasuh selama pandemi COVID-19, baik secara langsung (akibat virus) maupun tidak langsung (karena kondisi lain yang diperparah karena pandemi).
Baca Juga: Faskes Indonesia Kolaps, Sebulan Ini 265 Pasien Isoman COVID-19 Wafat
Source | : | eurekalert,KOMPAS.com |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR