Menurut studi ini, negara-negara dengan tingkat jumlah anak tertinggi yang kehilangan pengasuh utama mereka (orang tua atau kakek-nenek karena orang tua mereka sudah lebih dulu meninggal sebelum pandemi) adalah Peru (1 anak per 100, total 98.975 anak), Afrika Selatan (5 anak per 1.000, total 94.625 anak), Meksiko (3 anak per 1.000, dengan total 141.132 anak), Brasil (2 anak per 1.000, total 130.363 anak), Kolombia (2 anak per 1.000, total 33.293 anak), Iran (>1 anak per 1.000, total 40.996 anak), Amerika Serikat (>1 anak per 1.000, dengan total 113.708 anak), dan Rusia (1 anak per 1.000, dengan total 29.724 anak).
Di luar negara-negara tersebut, jumlah anak yang kehilangan orang tuanya sangat mungkin juga tinggi. Di India misalnya, pada April 2021 para peneliti memperkirakan adanya peningkatan 8,5 kali lipat dalam jumlah anak yatim piatu (43.139) di negara tersebut dibandingkan dengan Maret 2021 (5.091).
Adapun di Indonesia, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga telah mengatakan bahwa peningkatan kasus kematian akibat COVID-19 berdampak pada jumlah anak yang kehilangan pengasuhan orang tua atau jadi yatim piatu. Namun sejauh ini, KPAI belum memiliki data pasti tentang jumlah anak yatim piatu akibat kasus COVID-19.
Baca Juga: Alarm Bahaya dari Tenaga Kesehatan: 'Ini Sudah Functional Collapse'
"Kalau data spesifik jumlah anak yatim atau piatu kami tidak memiliki datanya. Namun kalau kita hitung angka kematian tiap hari yang terus naik, maka bisa kita prediksi dampak sosial jangka panjang, termasuk anak yang kehilangan pengasuhan orang tua yang meninggal akibat COVID-19," ujar Kadiv Pengawasan, Monitoring, dan Evaluasi KPAI, Jasra Putra, seperti dilansir Kompas.com.
Saat ini Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kematian harian tertingi akibat COVID-19. Pada 20 Juli 2021 misalnya, jumlah kematian akibat COVID-19 di Indonesia yang dicatat adalah 1.280 orang dalam sehari.
Total jumlah kematian akibat COViD-19 di Indonesia hingga saat ini yang dicatat Kementerian Kesehatan adalah 76.200 orang. Dari puluhan ribu kematian tersebut, ada lebih banyak lagi rasa kehilangan dari anak-anak atas kepergian ayah dan/atau ibu mereka, para orang tua atas kepergian anak-anak mereka, para kakak/adik atas kepergian saudara/saudari kandung mereka, hingga para kawan atas kepergian sahabat-sahabat mereka.
Baca Juga: Berapa Lama Sistem Kekebalan Manusia Mampu Mengalahkan Pandemi?
Source | : | eurekalert,KOMPAS.com |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR