"Analisis genom kami mendukung rekaman sejarah dan botani yang ada pada saat ini," ujar Ren. Mereka menyimpulkan, bahwa Basal cannabis mulai terbagi menjadi rami dan mariyuana sejak 12.000 tahun yang lalu. "Penanggalan ini diambil dari penemuan guci ganja di Taiwan dan Tiongkok Selatan, dan juga pot berisi biji dari Jepang," ungkapnya.
Penggunaan rami kemudian diketahui dari penemuan artefak serat-serat di Asia Timur pada 4.000 tahun yang lalu. Mereka kemudian menyebar ke Eropa dan Timur Tengah sekitar Zaman Perunggu.
Adapun penggunaan mariyuana untuk ritual dan trans digunakan di Tiongkok Barat sejak 2.500 tahun yang lalu. Mariyuana selanjutnya diperkenalkan ke India pada 2.000 tahun yang lalu. Berbeda dengan Tiongkok, India diketahui hanya menggunakan mariyuana saja.
"Dalam abad-abad selanjutnya, ganja kemudian menyebar ke seluruh dunia," kata Ren. Mariyuana diketahui menyebar ke Afrika pada abad ke-13, kemudian ke Amerika Latin pada abad ke-16.
Baca Juga: Australia Akan Segera Buka Kebun Ganja Obat Terbesar di Queensland
Dari sana, maryiuana baru memasuki Amerika Utara pada awal abad ke-20. Penggunaan mariyuana di Amerika Utara kemudian meledak seiring berkembangnya budaya hippie. Banyak mariyuana yang diimpor dari India pada tahun 1970-an.
Adapun rami sendiri baru dibawa ke Dunia Baru pada abad ke-17 oleh orang Eropa. Mereka kemudian digantikan oleh para petani rami dari Tiongkok, yang membawa rami ke Amerika Utara pada pertengahan abad ke-19.
Seperti dilansir dari Live Science, penelitian ini ditujukan sebagai sumber riset medis dan agrikultur terhadap ganja. "Asia Timur selama ini menjadi titik penting dari domestikasi sejumlah tanaman, seperti nasi, sorgum, jawawut, kedelai, aprikot, dan persik," ungkap Ren. Penemuan terbaru ini tentunya menambah wawasan baru terhadap ganja, dan menambah catatan bukti dari pentingnya Asia Timur sebagai pusat domestikasi tanaman.
Baca Juga: Benarkah Ganja Dapat Menyembuhkan Kanker? Berikut Penjelasan Peneliti
Source | : | Inverse,Live Science,Science Advances |
Penulis | : | Eric Taher |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR