Tingkat aborsi tertinggi ternyata terjadi di negara-negara yang melarang kegiatan ini. Dan seluruh kegiatan aborsi di dunia nyaris semuanya tidak dalam proses yang aman.
Menurut penelitian terakhir, aborsi di Afrika dan Amerika Latin mencapai 97 persen tingkat ketidakamanan. 'Tidak aman' dalam konteks ini adalah aborsi yang dilakukan oleh pihak yang tidak memiliki skill memadai atau dilakukan di tempat yang tidak memenuhi standar minimal medis.
Sejak tahun 2003 hingga 2008, aborsi di seluruh dunia rata-rata mencapai 28 dari 1.000 perempuan usia 15 hingga 44 tahun dengan total keseluruhan 43,8 juta aborsi. Sekitar 47.000 perempuan meninggal dalam proses aborsi yang tidak aman di tahun 2008.
Sedangkan 8,5 juta perempuan lainnya mengalami komplikasi kesehatan serius akibat aborsi ini. Hampir seluruh proses yang tidak aman ini terjadi di negara-negara berkembang.
"Aborsi sebenarnya adalah proses yang sangat mudah dan aman. Semua kematian dan komplikasi ini dapat dengan mudah dihindari," kata Gilda Sedgh sebagai peneliti senior dari Guttmacher Institute dalam jurnal medis The Lancet yang dirilis, Kamis (19/1).
Sedgh dan beberapa rekan peneliti menyimpulkan jika aborsi yang tidak aman dilakukan meningkat dari 44 persen di tahun 1995 ke 49 persen di tahun 2008. Sumber penelitian yang digunakan berasal dari statistik resmi Pemerintah, catatan Rumah Sakit, dan survei nasional. Untuk melengkapi data ini dengan aborsi yang tidak pernah secara resmi dilaporkan, Sedgh dan rekan-rekan juga mengambil data dari penelitian lain, pendapat para ahli, dan survei pada perempuan.
Penelitian ini juga berhasil menyimpulkan jika tingkat aborsi rata-rata terendah terjadi di Eropa dengan 12 aborsi per 1.000 kehamilan. Sumbangan angka tertinggi berasal dari Eropa Timur dengan 43 aborsi di tiap 1.000 kehamilan. Sedangkan rata-rata di Amerika Utara adalah 19 aborsi per 1.000. (Sumber: The Independent)
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR