Madura tak hanya populer sebagai wilayah penghasil garam. Pulau yang terpisah dari daratan Jawa ini memiliki sejumlah lokasi wisata yang menyimpan kisah budaya menarik. Salah satunya, Kabupaten Pamekasan.
Saya sempat menyinggahi Pamekasan, ibu kota kabupaten seluas kira-kira 732 kilometer persegi itu pada akhir pekan (20-23/1). Istilah Pamekasan sendiri baru dikenal pada sepertiga abad ke-16, ketika Ronggosukowati mulai memindahkan pusat pemerintahan dari Kraton Labangan Daja ke Kraton Mandilaras.
Dalam perjalanan bertajuk "Cultural Trip to Madura" yang diselenggarakan oleh Gelar dan National Geographic Traveler itu, saya berjumpa budayawan setempat yang berupaya melestarikan keris --salah satu produk budaya masyarakat setempat.
Saya memberikan apresiasi tinggi kepada Arief Wibisono, pemilik sanggar keris 'Pusara'. Keberaniannya untuk beralih profesi dari seorang seniman musik menjadi budayawan perkerisan merupakan wujud nyata dalam menjaga warisan leluhur.
Arief mendirikan sanggar yang berevolusi menjadi sebuah paguyuban yang senantiasa terbuka bagi siapa saja. Tak ada batasan pengunjung yang ingin singgah. Entah itu berminat untuk mengoleksi perkerisan dan cara merawatnya, ataupun sekadar ingin tahu proses pembuatan keris.
Menjadi seorang yang mengemban tugas menjaga kesakralan pusaka bukan hal mudah, namun sikap berani untuk mengambil peran tersebut patut ditiru bagi generasi berikutnya.
Saya juga sempat mengunjungi salah satu pengrajin batik, Achmad Rizqi, di sentra batik Pamekasan. Kecintaannya terhadap batik pun tak hanya diwujudkan dalam kain koleksi, tempat tinggalnya pun menjadi sebuah lokasi kerajinan batik.
Achmad telah menghasilkan corak dan motif berupa lembaran kain batik yang tak terhitung lagi jumlahnya. Mulai dari motif tradisional hingga kontemporer. Di tempat ini, wisatawan tak hanya disuguhi keindahan motif batik dan membawanya pulang, namun bisa menyaksikan secara langsung tiap proses pembuatannya.
Nah, ingin tahu cerita perjalanan saya selanjutnya di Pamekasan? Nantikan laporan selengkapnya di National Geographic Traveler edisi mendatang.
Penulis | : | |
Editor | : | Ipoel |
KOMENTAR