Fotografer Paolo Torchio berhasil mengabadikan momen langka ketika melihat secara langsung proses kelahiran gajah di alam liar. Tepatnya di Amboseli National Park, Kenya, di awal Februari lalu.
Bukan hanya proses kelahiran itu yang membuatnya terpesona, tapi juga perilaku kelompok gajah yang melindungi sesamanya dalam proses kelahiran. Diceritakan Torchio, proses melahirkan dan melindungi itu dimulai dengan perilaku gugup dan gelisah sebuah kelompok gajah yang terdiri dari banyak betina.
Seperti ada yang mengomandoi, gajah-gajah ini berdiri saling bersisian, mengelilingi seekor betina yang sedang melahirkan. Mereka seperti sengaja mempertontonkan otot dan gading kepada musuh yang mencoba mendekat.
"Ini adalah formasi yang biasanya mereka lakukan dalam dua kasus, yakni diserang predator seperti singa atau saat kelahiran seekor gajah baru," ujar Torchio seperti dilansir The Daily Mail, Rabu (29/2).
Sekitar pukul 07.30 pagi waktu setempat, akhirnya bayi gajah tersebut lahir. Kedatangannya ke dunia langsung disambut dengan 'teriakan' kelompoknya. Tak berapa lama, para anggota kelompok ini mulai menggali dan melemparkan tanah berpasir ke udara.
"Menurut saya, itu mereka lakukan untuk menyembunyikan bau darah dan plasenta. Serta membuat bingung predator yang ada," kata Torchio.
Menurut Cynthia Moss, peneliti gajah selama 30 tahun dalam bukunya Elephant Memories: Thirteen Years in the Life of an Elephant Family, gajah yang hidup berkelompok biasanya bertalian darah satu sama lain. Kesemua anggotanya juga bertanggung jawab atas perlindungan pada gajah yang lebih muda.
Induk asli gajah yang baru lahir biasanya akan memilih beberapa 'baby-sitter' dari kelompoknya atau biasa disebut allmother. Semakin banyak allmother yang dimiliki seekor bayi gajah, semakin besar pula peluangnya untuk bertahan hidup.
"Rasanya luar biasa mengamati kesatuan sebuah keluarga. Dengan seluruh betinanya mencoba membantu si bayi," ujar Torchio.
(Sumber: The Daily Mail, Elephanttrust)
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Semarang, Nazar Nurdin |
KOMENTAR