Berdasarkan hasil analisis lingkungan tahun 2011 lalu, ditemukan Sungai Mamberamo di Papua tercemari oleh mineral besi (Fe) dan bakteri Escherichia coli yang melebihi kadar batas. Mineral besi di beberapa titik pantau mencapai 0.5-0.8 miligram per liter, lebih tinggi dari batas 0.3 miligram per liter. Sementara E. coli ditemukan sampai 22 MPN per 100 mililiter.
Air sungai dan lingkungannya telah dibebani tekanan usaha atau kegiatan yang limbahnya dibuang sembarangan ke lingkungan. Selain karena limbah tambang, penyebab kadar pencemaran meningkat adalah faktor alam dan ternak.
Kebiasaan memelihara ternak babi di sepanjang daerah aliran sungai misalnya, diduga membuat bakteri E. coli berkembang biak. "Banyak kasus diare di Papua. Kami hanya bisa menganjurkan warga tidak mengonsumsi air sungai, tetapi lebih baik minum air hujan. Beberapa warga pun memilih air mineral kemasan," terang Fadli Ardianto dari Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Mamberamo Tengah.
"Namun di pegunungan harga air kemasan itu mencapai Rp25.000 untuk 1,5 liter," katanya lagi.
Menurut Deputi Pembinaan Sarana Teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas, Henry Bastaman, limbah tambang dan limbah domestik menjadi sumber utama pencemaran sungai-sungai di Indonesia. Di wilayah timur pada khususnya, ada juga dampak yang datang dari aktivitas pertambangan.
Tindak lanjut dari temuan dan pantauan ini, ujar Henry, akan disampaikan kepada pemerintah daerah supaya dapat diatasi dengan segera. Apabila pencemaran yang kini sedang ditelisik kepastian sumbernya tersebut sampai terbukti sebagai kasus, akan ditempuh proses hukum.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR